FOKUS JATENG-BOYOLALI-Mendekati penerapan masa new normal atau penerapan masa adaptasi kebiasaan baru banyak orang yang memilih bersepeda sebagai olahraga. Mungkin bersepeda menjadi pilihan untuk melepas kejenuhan dan kepenatan selama di rumah.
“Dalam beberapa bulan ini, fenomena orang bersepeda meningkat. Masyarakat melihat itu dan akhirnya masyarakat memilih untuk berolahraga bersepeda, ” kata Joko Wiyono warga Boyolali salah satu penggemar sepeda angin.
Hanya saja, olahraga yang bisa menjadi gaya hidup dan trend untuk menjaga kesehatan, bisa berubah menjadi membahayakan. Selain banyak yang enggan menjalankan protokol pencegahan Covid-19. Banyak pengendara sepeda angin itupun harus berpacu di tengah kepadatan arus lalu lintas.
“Lihat saja di sekitar simpang lima, hampir setiap hari selalu berebut jalanan antara sepeda angin dan kendaraan bermotor,” katanya.
Tidak hanya di simpang lima, di pagi hari rombongan pesepeda angin juga kerap muncul di kawasan Pasar Sunggingan. Kondisi tersebut dinilai sangat merepotkan dan membuat sejumlah pedagang dan pengunjung pasar terganggu.
“Untuk menyebrang saja saya harus menunggu rombongan sepeda itu melintas, padahal saya sedang memanggul barang yang harus saya antar sampai tujuan,” kata Timan salah satu kuli panggul di Pasar Sunggingan.
Terpisah, salah satu warga penggemar gowes, Aidha mengakui untuk menyalurkan hobinya. Terkadang dia bersama komunitasnya harus mengayuh sepeda sampai ke pelosok desa. Namun dilain waktu, juga harus melintas di jalur protokol.
Ia menuturkan saat ini masyarakat sudah mulai muncul kesadaran untuk berolahraga bersepeda. Pihaknya berharap untuk selanjutnya bersepeda ini bukan hanya musiman saja, jangan sampai pada saat Covid-19 hilang olaraga bersepeda hilang juga.
“Iya bisa menjadi gaya hidup, dimana masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan salah satunya dengan kegiatan bersepeda,” katanya.
Kendati demikian, pihaknya sering merasa geram, setiap kali melintas di kawasan Jalan Pandanaran. Dirinya harus ekstra waspada mengingat di kawasan tersebut termasuk jalur padat. Sementara dari pihak dinas terkait belum ada tanda-tanda membuat jalur kawasan sepeda angin.
“Sudah banyak komunitas sepeda bahkan dari unsure pegawai ya banyak, tapi kok belum pernah menyebut adanya jalur khusus sepeda ya,” imbuhnya.
Sembari terus berolah raga, pihaknya berharap pemerintah setempat segera merespon untuk menunjang kegiatan masyarakat dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan. “Kami tetap berharap dan menunggu, pemerintah menyiapkan fasilitas bersepeda dan olahraga, paling tidak ya ada jalur untuk sepeda, ” pungkasnya.