FOKUS JATENG-BOYOLALI-Setelah belum lama umat Muslim di Boyolali, kembali merasakan nikmatnya beribadah shalat Jumat berjamaah di masjid, Kini giliran umat Nasrani yang mendapat kesempatan untuk kembali beribadah bersama di gereja. Tepat pada Minggu (5/7/2020), jemaat Gereja Sidang Jemaat Allah Imanuel (GSJA) di Jalan Pandanaran mendapat kesempatan untuk mengobati kerinduan beribadah bersama kembali di gereja. Peribadatan kali ini disambut antusias oleh jemaat.
Pendeta muda Christ Hardian Imanuel Raharjo, yang bertugas memimpin ibadah perdana saat pandemi Covid-19 ini, membenarkan puluhan jemaat hadir mengikuti peribadahan perdana di gereja tersebut. Menurut Christ, terselenggaranya kembali ibadah minggu kali ini karena GSJA Boyolali sudah mendapat surat rekomendasi dari Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 tingkat Kabupaten.
“Kami juga sudah mendapat arahan dari Kemenag terkait penerapan protokol kesehatan saat beribadah,” katanya.
Dengan bekal tersebut, Christ mengaku langsung mengatur dan mengimbau kepada seluruh jemaat yang akan hadir ke gereja agar selalu menaati protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah. “Kami juga menerapkan aturan batasan usia, jadi yang bisa mengikuti peribadatan hanya usia 18 sampai 65 tahun saja, sedangkan yang masih anak anak dan usia senja bisa melalui live streaming dari rumah,” katanya.
Sementera di depan pintu masuk gereja terlihat juga sudah terpasang imbauan mengenai protokol kesehatan yang wajib dilakukan oleh semua pihak, mulai dari memakai masker bagi siapa saja yang datang, mencuci tangan di air mengalir, lalu dilanjutkan dengan pengecekan suhu oleh petugas yang berjaga.
Di depan pintu itu pula, beberapa pengurus gereja juga melakukan pendataan kepada jemaat yang hadir, mulai dari nama hingga alamat, sebelum memasuki gedung gereja. Saat di dalam gereja pun jemaat diminta untuk duduk di kursi yang sudah ditentukan dengan batasan jarak satu sama lain.
“Pendataan ini karena ada batasan umur,” imbuh Christ.
Selain semua orang yang wajib melaksanakan protokol kesehatan, kali ini perbedaan pelaksanaan ibadah juga terdapat pada durasinya. Dikatakan Christ, terdapat bacaan ayat Alkitab yang dikurangi hingga hanya menyisakan bacaan Injil yang dipergunakan. Warta jemaat juga dipersingkat, sehingga kurang dari satu jam peribadatan sudah selesai.
Dengan sudah terlaksananya ibadah perdana kembali ini dengan lancar, pihaknya menuturkan, akan terus melaksanakan ibadah kembali di gereja untuk minggu-minggu ke depan. Pihaknya juga akan tetap memberlakukan protokol kesehatan yang ada kepada seluruh warga jemaat yang datang.
“Seperti orang pada umumnya, untuk menjaga kesehatannya mereka perlu makan, demikian juga jiwa kita juga memerlukan santapan rohani,” imbuhnya.
Salah satu jemaat yang hadir mengikuti peribadatan, Magdalena (48), mengaku senang dapat beribadah kembali di gereja bersama yang lainnya. Kendati tidak sampai memenuhi gereja, karena ada pembatasan jarak, dia mengaku sudah merasa terobati rasa rindunya untuk beribadah secara bersama di gereja.
“Ketika sudah bisa kembali beribadah bersama di gedung gereja lagi, rasanya lega dan bersyukur sekali,” katanya.
Kendati demikian ia mengakui terdapat sejumlah perbedaan dengan pelaksanaan ibadah sebelum adanya pandemi Covid-19 ini. Namun, ia meyakini, pada intinya semua prosesi ibadat tetap terlaksana dengan baik tanpa mengurangi nilai ibadah itu sendiri. Bahkan tidak merasa keberatan dengan penerapan protokol kesehatan.
“Protokol kesehatan itu justru membuat seluruh jemaat yang hadir merasa lebih aman dapat berdoa bersama dengan tenang,” pungkasnya.