FOKUS JATENG-BOYOLALI-Mayoritas industri seni pertunjukan nyaris lumpuh akibat dampak pandemi corona. Di Boyolali saja, puluhan pertunjukan tari dan pentas pelestarian budaya terpaksa batal atau ditunda akibat pandemi Covid-19. Alhasil, para pelaku seni pertunjukan pun harus mencari cara agar dapat bertahan dalam kondisi sulit ini.
Salah satu seniman Boyolali, Laura Erawati, mengaku sempat resah atas kondisi ini. Mengingat, tidak hanya kegiatan sanggar yang terhenti, beberapa pertunjukan tarinya pun harus tertunda. Padahal menurutnya, kebahagiaan besar para penari adalah saat melihat karyanya direspons oleh penonton.
“Meski begitu kita jangan menyerah. Kita harus punya taktik untuk bertahan agar bisa eksis. Salah satunya ya secara online,” jelas pimpinan sanggar rias dan tari Dewi Erawati W.O dan Langen Beksan Kinasih (LBK) Erawati yang kerap di sapa Bunda Laura ini.
Pemilik Sanggar Rias dan Tari di Desa Metuk, Mojosongo ini menjelaskan, seiring meningkatnya angka positif Corona, serta adanya himbauan pembatasan social (physical distancing) memberikan dampak terhadap dunia seni dan budaya, menurut Laura, perlu adanya adaptasi dari seni konvesional menuju digital agar tetap menjaga upaya pelestarian budaya Indonesia khususnya budaya tradisional asal Boyolali,Topeng Ireng dan Buto Gedruk.
“Agar dapat berkarya ditengah pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia, kami harus bergerak untuk beradaptasi menuju digital,” katanya.
Dia menuturkan, saat ini sudah banyak platform di internet yang dapat membantu proses adaptasi menuju digital salah satunya lewat streaming. Dalam penerapannya LBK Erawati juga telah membuat sebuah channel youtube yang berisikan konten-konten yang berkaitan dengan seni dan budaya, diantaranya humor atau lawakan, tutorial tari, short movie hingga tata rias.
“Harapannya dapat menjadi sarana hiburan seni dan bahkan pelatihan seni secara digital dapat diterapkan juga oleh pegiat seni yang lain khususnya yang berada di wilayah Boyolali.”
Kendati ditengah pandemi, sebagai komunitas seni non-profit yang peduli akan kelestarian budaya khususnya pada seni tari, Laura menyatakan LBK Erawati hingga sejauh ini, tetap menjadi wadah bagi generasi millennial. Salah satu tujuannya adalah mengangkat kesenian tari reog, sehingga dapat dinikmati seluruh kalangan masyarakat tanpa membebankan administrasi untuk para penari yang ingin belajar.
“Jadi semua kalangan bisa menikmati maupun mempelajari seni tari, tanpa memikirkan biayanya,” katanya.