Prihatin Nasib Seniman, Dalang Muda Ki Gondo Wartoyo Asal Nogosari Boyolali Pentas di Atas Genting

Aksi Ki Gondo Wartoyo, dalang muda asal Nogosari Boyolali pentas di atas atap rumah. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI– Aksi keprihatinan terhadap nasib para seniman, dalang muda Ki Gondo Wartoyo pentaskan wayang kulit dari atap rumah miliknya, di Dukuh Bulu, Desa Tegalgiri, Kecamatan Nogosari, Kamis (8/10/2020) siang.
Hanya diiringi kendang, gender dan organ tunggal, Ki Gondo Wartoyo gelar pentas singkat selama satu jam, dengan mengambil lakon karangan sendiri bertajuk-Prabu Mboten Gadhah Arta-atau Raja Tidak Punya Uang. Dimana cerita berkisar anak dari Prabu Mboten Gadhah Arta yang akan menuntut balas atas kematian ayahnya oleh Gatotkaca.

Sebelum pentas, Ki Gondo wartoyo menuturkan, pentas unik tersebut merupakan bentuk keprihatinan seniman akibat Covid-19. Dimana para dalang dan seniman tidak bisa menggelar pentas akibat pandemi tersebut. Praktis, mereka pun menganggur dan tidak mendapatkan penghasilan.

“Lakon ini sebagai bentuk keprihatinan kami, karena para seniman termasuk para dalang tidak bisa menggelar pertunjukkan akibat wabah Covid 19,” katanya sebelum pentas.

Dia menuturkan, pagelaran tersebut merupakan ungkapan perasaan serta usulan kepada pemerintah agar memperhatikan nasib para seniman. Mengingat sejak masa pandemi Corona ini, para seniman sudah tidak lagi memiliki sumber penghasilan.

“Kami hanya memperoleh pandapatan dari hasil pentas. Akan tetapi sudah 7 bulan ini, para seniman menganggur karena ada larangan pentas,” ujarnya.

Dicontohkan, dirinya sebagai dalang tidak sendirian. Ada puluhan pengrawit, sopir maupun pekerja yang bertugas menata wayang. Namun, karena tidak ada pentas, maka mereka pun menganggur dan tidak mendapatkan uang.
“Beberapa mobil terpaksa saya gadaikan untuk sekedar membeli beras guna membantu teman- teman pengrawit,”katanya.

Dijelaskan, atas kondisi tersebut pihaknya berinisiatif menggelar pentas di atas atap rumahnya sebagai bentuk protes kepada pemerintah. Mengingat, dia dan sejumlah seniman sudah beberapa kali menyampaikan masukan kepada pemerintah dan jajaran terkait.

“Kami sudah beberapa kali menyampaikan aspirasi kepada DPRD Boyolali, DPRD dan Gubernur Jateng maupun DPR Pusat. Namun belum ada tindak lanjut,” ujarnya.

Kendati dia mengaku dapat memahami kondisi yang diakibatkan wabah Covid 19. Namun seharusnya pemerintah memberikan solusi atas kondisi tersebut. Para seniman diyakini siap untuk melaksanakan protokol kesehatan. “Padahal kami juga bisa, pentas dengan menerapkan protokol kesehatan dengan jaga jarak serta menggunakan masker,”ujarnya.

Ironisnya, lanjut Wartoyo, hingga saat ini pegelaran seni masih tidak diizinkan. Larangan pentas tersebut sangat memukul perekonomian para seniman. “Para seniman semakin terhimpit karena tidak mendapatkan pemasukan. Padahal, beban hidup tak bisa ditunda seperti kebutuhan makan dan kebutuhan lainya,” katanya.