FOKUS JATENG-BOYOLALI-Dokar pernah menjadi alat transportasi paling digemari masyarakat Boyolali sebelum tahun 90an. Seperti di seputaran Pasar Boyolali Kota dan Pasar Sunggingan, kala itu jumlah kereta yang ditarik seekor kuda ini merupakan sarana transportasi umum.
Ini mencapai hingga puluhan. Namun seiring perkembangan zaman dan semakin banyaknya alat transportasi modern. Jumlah dokar yang beroperasi semakin berkurang.
Sebagian kecil warga, terutama ibu-ibu yang berbelanja ke pasar, masih tetap setia dengan dokar. Kendati demikian, kehadiran mobil dan sepeda motor yang perlahan-lahan menggeser peran dokar sebagai alat transportasi rakyat ini menjadi ancaman yang terus membayangi eksistensi dokar.
Salah satu kusir dokar asal Desa Karanggeneng Boyolali, Muh Santoso (50) mengakui sekitar tahun 1990 tidak kurang dari 50 kereta kuda yang beroperasi di wilayah Boyolali. Hanya saja semakin banyaknya alat transportasi seperti mobil dan ojek.
Sekarang tinggal sekitar 20an dokar, itupun tidak setiap hari beroperasi,” katanya saat ditemui di di Mako Sat Lantas Polres Boyolali akhir pekan lalu. Setiap hari, rata-rata 10 dokar yang beroperasi. Itu pun terbagi di dua tempat, yakni Pasar Boyolali dan Pasar Sunggingan.
Kusir dokar yang lain, Sutimin (63), asal Kecamatan Boyolali kota mengatakan sudah beberapa tahun terakhir ini merasakan kesulitan mencari penumpang dokar. Apalagi sejak pandemi Covid-19 ini, nyaris tak ada penumpang yang mau naik dokar.
“Penumpang masih ada satu dua yang mau menumpang. Tapi jumlahnya sangat sedikit,” ujarnya.
Dalam sehari, lanjutnya, untuk mencari penghasilan kotor sebesar Rp 50 ribu dirasa sangat sulit. Untuk saat ini, penghasilan dari Dokar hanya bisa menutup untuk pembelian pakan saja. “Belum kalau pas ganti ketapel (Sepatu kuda) secara berkala kami harus pandai-pandai menyisihkan uang,” ujarnya.
Hal senada juga dirasakan pemilik dokar lain Darsono. Laki-laki berusia lebih dari 60 tahun bingung kerja apa jika meninggalkan profesinya sebagai kusir. Dia pun memilih bertahan sebagai pemilik sekaligus kusir Delman untuk aktifitas keseharian.
“Yang penting tetap bisa mencari nafkah yang halal,” katanya. Meski begitu, dia dan beberapa kusir lainnya masih punya secercah harapan kebangkitan delman di Boyolali.
Sementara itu, Kasat Lantas Polres Boyolali, AKP Dwi Panji Lestari merasa prihatin melihat kondisi Kusir Delman atau Dokar di Boyolali. Untuk itu, dalam Operasi Simpatik Zebra Candi 2020 ini, pihaknya memberikan bantuan kepada para Kusir untuk membantu meringankan beban para kusir Dokar.
“Kusir Delman di Boyolali selama ini menjadi mitra kami dalam mengkampanyekan tertib berlalu lintas dan penerapan protokol kesehatan,” ujarnya mewakili Kapolres Boyolali, AKBP Rachmad Nur Hidayat.