FOKUS JATENG-BOYOLALI-Warga lereng Merapi di kawasan Selo dengan kategori kelompok rentan mulai di evakuasi, Senin (9/11/2020). Hal itu dilakukan untuk meminimalisir korban jiwa saat Merapi Erupsi. Berbagai relawan lintas sektoral hadir, salah satunya PMI Cabang Boyolali.
“Kelompok rentan ini kami evakuasi terlebih dahulu. Supaya nanti sewaktu waktu merapi Erupsi, pengevakuasian warga efektif,” ujar Sekertaris Desa (Sekdes) Tlogolele Neigen Achtah Nur Edy Saputra.
Disebutkan, ada 233 warga usia rentan seperti lanjut usia (Lansia), Difabel, ibu hamil dan menyusui serta anak-anak mulai dievakuasi. Untuk sementara, mereka ditempatkan di Tempat Penampungan Pengungsian Sementara (TPPS) Desa Tlogolele. Sebelum nanti dibawa ke Sister Village ke Desa/Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang.
Untuk memenuhi protokol kesehatan di TPPS di beri sekat bilik. Ada sebanyak 31 bilik berukuran 2X2 meter dari papan triplek.
“Kapasitasnya (perbilik) bisa menampung 4 orang. Khusus untuk lansia. Sedangkan untuk balita ditempatkan di rumah-rumah warga,” ujarnya.
Sementara itu, Dandim 0724/Boyolali, Letkol Inf Aris Prasetyo mengatakan TNI, Polri dan bersama Pemerintah Daerah hingga jajaran DPRD Boyolali, PMI dibantu masyarakat ikut terlibat mengevakuasi warga yang kelompok rentan.
“Sistem dan penempatan pengungsian telah diatur sebagaimana protokol kesehatan,” kata Dandim usai memberikan bantuan logistik berupa telur, mi instan dan beras di TPPS Tlogolele.
Wakil Ketua Pansus Ranperda Penanganan Bencana, Dwi Adi Agung Nugroho disela-sela pemantauan evakuasi pengungsi di Desa Tlogolele menjelaskan, pihaknya turut aktif memantau penanganan pengungsi. Hal itu juga sebagai bagian dalam pembahasan ranperda nantinya. “Hal terpenting adalah tetap menjaga protokol kesehatan ditengah pandemi Covid-19,” katanya.
Salah satu pengungsi, Nanik (30) mengaku turut mengungsi demi keselamatan diri dan bayi dalam kandungannya. Dia selama beberapa hari terakhir sempat takut karena mendengar suara gemuruh dari arah puncak Merapi yang hanya berjarak 3,5 km dari kediamannya di Dukuh Stabelan, Desa Tlogolele. “Dulu saat Merapi erupsi tahun 2010, kami sekeluarga juga sempat mengungsi.”
Sehari sebelumnya, Warga sejumlah desa di Kecamatan Selo, Boyolali sempat dikejutkan dengan suara gemuruh dari puncak Gunung Merapi. Terlihat terjadi guguran yang mengarah ke barat. “Tadi terlihat visual guguran atau longsoran ke arah barat,” kata Kepala Dusun (Kadus) Stabelan, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Boyolali, Maryanto, Minggu (8/11).
Saat guguran yang terjadi sekitar pukul 08.33 WIB, warga di Dukuh Stabelan, sedang beraktivitas di ladangnya. Kejadian itu juga tak sampai membuat panik warga di kampung yang berjarak sekitar 3 sampai 3,5 kilometer dari puncak Merapi itu.
Sementara itu petugas Pos Pengamatan Gunung Api di Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Tri Mujiyanto, dikonfirmasi mengatakan guguran terdengar dari Jrakah pada Minggu (8/11) pukul 08.34 WIB. Guguran mengarah ke Kali Apu dan Trising dengan jarak luncur sekitar 500 meter.