Pengungsi Anak-Anak di Lereng Merapi Wilayah Boyolali Dapat Hiburan dari Polisi

Polisi menghibur anak-anak di tempat pengungsian di lereng Merapi. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Aksi sosial menghibur warga utamanya anak-anak di tempat penampungan pengungsian sementara (TPPS) Desa Tlogolele, Kecamatan Selo kembali dilakukan jajaran Polres Boyolali.

Kendati fasilitas di TPPS tersebut cukup memadai, namun hal itu tidak membuat para pengungsi terbebas dari rasa jenuh dalam satu pekan ini. Di sana, ada 20 anak yang ikut mengungsi bersama orang tuanya. Mereka berasal dari Dukuh Stabelan, Takeran dan Belang yang berjarak 3,5 – 4 km dari puncak Merapi.

“Bosan Mas. Setiap hari cuma duduk, jagongan (ngobrol), nggak ngapa-ngapain lagi,” ujar Karto, salah satu pengungsi. Senin (16/11/2020).

Kejenuhan juga dirasakan cucu Karto, Andika, yang mengaku tidak nyaman karena setiap hendak tidur selalu terganggu dengan suara percakapan yang tak ada hentinya meski telah larut malam. Namun bocah berusia 12 tahun ini mengaku mendapat banyak teman selama mengungsi di TPPS.

“Bising sekali. Tapi enak. Banyak mainan,” katanya dalam bahasa jawa. Atas kondisi tersebut, jajaran Polres Boyolali kembali melakukan aksi sosial membantu pengungsi, utamanya anak- anak agar tidak trauma.

Anak- anakpun nampak ceria diajak bermain bersama oleh Aiptu Tri Prahasto. Sejumlah anak tanpa ragu langsung mengikuti dirinya di halaman TPPS untuk senam. Mereka menirukan gerakan tangan dan kaki yang diperagakan Aiptu Tri Prahasto.

”Kami sengaja datang ke lokasi pengungsian di Tlogolele khususnya menghibur para pengungsi terutama anak anak balita agar tidak lagi merasa kejenuhan selama di TPPS, disini kami isi dengan mengajak bermain sambil belajar,” katanya.

Anak-anakpun antusias bermain bersama dengan aneka mainan di TPPS. Sesekali, anak- anak itupun tersenyum, bahkan tertawa lepas. Mereka seakan bisa melupakan derita karena harus meninggalkan rumahnya ke tempat pengungsian.

Menurut Aiptu Tri Prahasto, apa yang dilakukan sekedar membantu anak- anak tersebut agar bisa tetap ceria. Mereka sebenarnya sudah cukup lama menderita karena tak bisa sekolah dan bertemu guru akibat wabah Covid-19.

“Ini ditambah dengan ancaman erupsi Gunung Merapi, tentu mereka sangat sedih,” ujarnya.

Apalagi, beberapa anak juga pernah mengalami hidup di pengungsian saat bencana erupsi Merapi tahun 2010 lalu. Saat itu, tak hanya warga di lereng Merapi wilayah Kecamatan Selo saja yang mengungsi. “Namun juga sebagian warga di wilayah Kecamatan Cepogo dan Musuk.”

Pihaknya berharap dengan menghibur para pengungsi semoga kejenuhan sirna. Tak hanya itu, dengan apa yang diberikan relawan semoga bermanfaat baik untuk pembuatan mental juga dalam upaya memotivasi para pengungsi agar tetap sabar tabah, kuat menghadapi musibah kali ini.