FOKUS JATENG-BOYOLALI-Jumlah warga yang mengungsi setelah kenaikan status aktivitas Gunung Merapi terus bertambah, hingga Rabu (18/11/2020) puluhan warga dari dua dukuh di Desa Jrakah, Kecamatan Selo mulai menempati tempat penampungan pengungsian sementara (TPPS) yang berada di gedung Serbaguna kantor desa setempat. Mereka yang mengungsi merupakan kelompok rentan mulai lansia, anak anak, ibu hamil/menyusui dan penyandang disabelitas.
Menurut Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Bambang Sinungharjo para pengungsi itu ditempatkan di TPPS di Balai Desa Jrakah. Protokol kesehatan pun diterapkan di lokasi pengungsian dengan pembuatan sekat atau bilik.
“Tadi malam ada sekitar 83 jiwa dari Dukuh Kajor dan Sepi Desa Jrakah sudah mulai mengungsi. Mayoritas yang mengungsi saat ini anak anak, lansia serta ibu hamil,” katanya. Rabu (18/11/2020).
Dijelaskan, dengan bertambahnya pengungsi di Desa Jrakah ini, maka di wilayah Selo Boyolali ada tiga TPPS. Yaitu TPPS Desa Tlogolele pengungsi dari Dukuh Stabelan, Takeran dan Belang sejumlah sekitar 183 orang. Kemudian TPPS Desa Klakah dari Dukuh Sumber, Bakalan dan Klakah Duwur sekitar 213 orang.
“Sesuai data yang ada, mereka ini adalah kelompok rentan,” ujarnya.
Adapun kondisi Merapi saat ini, lanjut Bambang Sinungharjo, berdasarkan rapat di BPPTKG Yogyakarta, status Gunung Merapi saat ini masih siaga. Kendati demikian masih ada peningkatan aktivitas.Sehingga warga yang dievakuasi ke TPPS masih dari kelompok rentan.
“Tetapi jika status Merapi sudah dinaikkan menjadi awas, maka semua warga yang ada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III suka tidak suka ya harus mengungsi,” katanya.
Disebutkan pula, untuk informasi terkini memang ada kemungkinan-kemungkinan dalam hal skenario arah letusan. Ada beberapa skenario yaitu mengarah ke selatan, barat daya dan kemungkinan barat laut.
Senada, Kepala Desa Jrakah, Tumar, mengatakan jumlah pengungsi di TPPS Jrakah saat ini sebanyak 83 orang. Mereka akhirnya mau dievakuasi ke TPPS, setelah ada sosialisasi terkait dengan aktivitas Gunung Merapi.
“Sebelumnya mereka menolak, tapi setelah mendapat pengarahan dari BPPTKG Jogjakarta, akhirnya mereka mau mengungsi,”katanya.
Saat ini sebagian warga masih bertahan di rumah mereka melakukan aktivitas sehari hari. Mereka yang bertahan tersebut mayoritas anak muda para petani. “Anak muda, atau para petani yang masih muda dan bapak bapak. Karena mereka juga menghidupi ternaknya,” katanya.
Reso (90) warga dukuh Sepi saat dipengungsian mengaku, masih trauma dengan kejadian erupsi 2010 silam. menurutnya, lebih baik saat ini mengikuti anjuran pemerintah untuk mengungsi. Sebab, gunung Merapi saat ini sudah mengkhawatirkan.
“Takut seperti peristiwa 2010 silam, lebih baik mengungsi seperti yang lain,” katanya dalam bahasa jawa.