FOKUS JATENG-BOYOLALI-Perkembangan situasi erupsi Gunung Merapi dilaporkan terus mengalami peningkatan. Status gunung tersebut naik dari level Waspada ke Siaga dengan memperhatikan parameter yang ditentukan dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta.
“Deformasi atau penggembungan atau pemekaran tubuh Gunung Merapi naik secara intensif,” ungkap Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida saat ditemui di Kecamatan Selo, Minggu (29/11/2020).
Selain itu, kegempaan vulkanik dangkal masih sekitar 40 kali. Untuk deformasi 11 sentimeter per hari. “Inilah yang mengindikasikan bahwa aktifitas masih tinggi untuk Merapi saat ini,” jelasnya.
Lebih lanjut, kubah lava belum muncul di permukaan, artinya magma semakin ke permukaan tetapi belum muncul ke permukaan. Terlebih dengan adanya runtuhan material lava lama yang mengindikasikan magma ke permukaan.
“Potensi bahaya masih sama, karena arah bukan kawah ke tenggara dan selatan, Kali Gendol. Namun demikian, deformasi, runtuhan, guguran ada di sisi barat laut,” ujarnya.
Untuk itu, pihaknya berharap agar masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana dapat mengungsi ke tempat yang lebih aman. Dia juga menghimbau agar masyarakat terus memantau perkembangan Gunung Merapi serta taat terhadap arahan pemerintah.
Sementara informasi yang dikutip dari akun twitter @BPPTKG, Senin (30/11/2020) pukul 23.15 WIB menyebutkan adanya perubahan morfologi puncak Gunung Merapi akibat intensifnya guguran. “Data pemantauan ini menunjukkan proses desakan magma menuju permukaan,” tulis BPPTKG.
Atas kondisi tersebut, BPPTKG mengingatkan bahwa potensi bahaya Gunung Merapi saat ini berupa guguran lava, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dan awan panas sejauh 5 kilometer.
Sehingga, BPPTK memberikan rekomendasi yakni Pemerintah Kabupaten Sleman, Magelang, Boyolali dan Klaten agar mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan upaya mitigasi bencana akibat letusan Gunung Merapi yang bisa terjadi setiap saat.
BPPTK juga menyebut penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) III direkomendasikan untuk dihentikan.
Kemudian, pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi. Masyarakat juga diminta agar mewaspadai bahaya lahar Gunung Merapi, terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.