Gibran Diminta Beri Perhatian Khusus Seni Kethoprak Balaikambang

Pentas Ketoprak Ngampung di Balekambang 2017. (Dok. Budi Kemasan/Fokusjateng.com)

FOKUSJATENG – SOLO – Ketua Yayasan Forum Budaya Mataram (FBM) Kota Solo, BRM Kusumo Putro mengatakan, sebagai Kota Budaya dan Spirit Of Java, Kota Solo mendapat julukan “Punjering Budaya Jawa” di Indonesia, atau sentral kebudayaan khususnya Jawa. Julukan ini sudah melekat sejak puluhan tahun lalu sehingga seharusnya bisa menjadi contoh bagi daerah lain.

Namun, Kusumo mengklaim belum ada greget untuk “nguri-uri” atau semangat melestarikan seni dan budaya Jawa di Kota Bengawan beserta kearifan lokal yang ada didalamnya.

“Kami terus terang miris dan mengelus dada. Bisa dilihat saat ini ikon Kota Solo yang sangat terkenal hingga ke dunia Internasional yaitu, seni kethoprak Taman Balaikambang, sarana dan prasarananya sama sekali tidak memadai dan terkesan asal – asalan saja,” kata Kusumo, Sabtu (13/3/2021).

Dicontohkan, diantaranya sound sistem dan panggung tidak memadai serta minim promosi. Yang lebih memprihatikan lagi adalah kostum para pemain yang sudah usang. Sudah sejak 10 tahun lalu hingga saat ini tidak pernah diganti dengan kostum baru yang berkwalitas lebih baik dan modern.

“Sebuah keadaan yang banyak orang belum mengetahuinya selama ini, bahwa kadang para pemain kethoprak di Taman Balaikambang rela membeli dan membawa kostum sendiri untuk pentas karena cintanya pada kesenian dan budaya yang mereka geluti selama ini,” paparnya.
Pelaku seni kethoprak Balaikambang, menurut pria yang juga Ketua Dewan Pemerhati Penyelamat Seni dan Budaya Indonesia (PPPSBI) ini, tidak mempersoalkan tentang materi. Terpenting adalah bagaimana agar pertunjukkan kethoprak tetap eksis dan memberi hiburan bagi masyarakat luas.

“Sungguh sesuatu yang membuat kita semua tidak habis pikir kenapa ini bisa terjadi. Perlu diketahui, kostum adalah sarana vital dan sangat penting dalam sebuah pertunjukan seni budaya khususnya seni tradisional,” sebut Kusumo

Mengingat pertunjukkan kethoprak di Taman Balaikambang sudah terkenal di pelosok negeri dan merupakan produck andalan hiburan malam bagi masyarakat dengan tiket terjangkau serta sebagai sarana daya tarik di sektor pariwisata, maka ia meminta Walikota Solo memberi perhatian khusus.

*Kami minta Walikota dan Wakil Walikota di era baru ini melakukan sidak bersama dinas terkait dan jajaran DPRD komisi terkait. Temui para pemain kethoprak dan dengarkan aspirasi mereka demi kemajuan pertunjukan kethoprak Balailambang kebanggaan Wong Solo ini,” tegasnya.

Kusumo berharap, jangan sampai karena kurangnya perhatian dari Pemkot Solo, Dinas, dan DPRD terkait, membuat seni pertunjukkan kethoprak di Taman Balikambang akhirnya ditinggalkan para penggemarnya hanya karena persoalan kecil dan dinilainya sangat sederhana.

“Pertanyaannya kemana selama ini para pejabat terkait, dan kemana para pemangku kebijakan hingga hal ini bisa terjadi. Semoga segera mendapatkan perhatian khusus Pemkot Solo sebagai wujud nyata peran pemerintah dalam nguri – uri seni budaya Jawa kebanggan warga Kota Solo,” sambungnya.

Diketahui, meskipun kondisi Taman Balaikambang penuh dengan kesederhanaan sarana dan prasarana, namun menurut Kusumo, saat ini menduduki peringkat nomor 2 dalam hal kunjungan masyarakat setelah Candi Borobudur di Magelang.

*Oleh karena itu kami juga meminta dan mengusulkan kepada Pemkot Solo agar Taman Balaikambang dijadikan tempat pusatnya seni budaya Kota Solo dengan membangun gedung Joglo terbuka yang besar. Supaya bisa dipakai tempat pelatihan seni budaya. Ini juga bisa menjadi daya tarik pengunjung,” pungkasnya.