Tiga Lokasi di Wilayah Boyolali Di-Lockdown Gegara Sepulang dari Kudus

Wilayah Boyolali yang di-lockdown. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Mengurangi risiko penyebaran Corona varian baru, tiga lokasi terpaksa di lockdown menyusul riwayat pulang dari Kudus. Puluhan orang kontak eratnya pun tertular virus Corona yang diduga merupakan varian dari India.

“Karena keterbatasan, kami analisis dari sumber penularan (Kudus,red) dan cara penularan yang sangat cepat. Meski tidak seganas varian covid-19 biasanya, namun, penularannya lebih cepat. Sehingga tetap terapkan prokes secara ketat,” kata Kepala Dinas Kesehatan Boyolali Ratri S. Survivalina. Selasa (15/6/2021).

Dijelaskan ada tiga klaster yang muncul dari kontak dengan Kudus. Yakni klaster Tegalrejo, Bendungan Simo dengan terkonfirmasi positif sebanyak 18 kasus. Kemudian klaster layatan Perum Bumi Singkil Permai (BSP) II RT 1/11 Karanggeneng, Boyolali sebanyak 15 kasus dan klaster pondok pensantren (Ponpes) Mliwis, Cepogo dengan 35 kasus.

“Ketiganya ada kontak dari Kudus. Untuk kasus di Simo dan Karanggeneng karena pelaku perjalanan ke Kudus. Sedangkan untuk kasus Mliwis karena menerima kunjungan dari keluarga asal Kudus,” terangnya.

Kasus Karanggeneng bermula saat W dan keluarga takziyah ke kerabatanya di Kudus pada 6 Juni lalu. Pihaknya berinisiatif melakukan swab antigen mandiri pada 6 Juni dan hasilnya positif. Puskesmas Boyolali 2 lantas melakukan pelacakan kontak erat dan swab PCR pada 5 keluarga W. Hasilnya 4 diantaranya positif covid-19. Selanjutnya, swab PCR dilakukan pada 65 warga Perum BSP II Karanggeneng, dan ada satu yang dirujuk ke rumah sakit.

“Saat ini beberapa dusun dilockdown, seperti Tegalrejo di Simo, Karanggeneng di Boyolali, Kebakan di Mojosongo, Mliwis di Cepogo dan lainnya. Kami terus mengantisipasi kenaikan kasus dengan mengupayakan dari level terdekat yakni masyarakat ditingkat RT, RW dan desa,” jelasnya.

Adapun kasus Mliwis, yang menjangkit Ponpes Tahfidzul Qur’an Istiqomah yang berada di Dukuh Tlogoimo, Desa Mliwis, Kecamatan Cepogo ini menjadi klaster aktif saat ini.

Dijelaskan Camat Cepogo, Tubinu bahwa awal mula dari kasus Covid-19 di ponpes tersebut yakni adanya kunjungan tamu dari Kabupaten Kudus. Setelah kunjungan tersebut, salah seorang petinggi di ponpes mengalami gejala batuk dan pilek seperti gejala Covid-19.

“Akhirnya diperiksa oleh Puskesmas. Hasilnya positif, setelah itu semuanya santriwan santriwati di Istiqomah ini di-swab,” katanya.

Lebih lanjut, sebanyak 79 santri diperiksa melalui tes rapid antigen dan didapati 35 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19. Tim Satuan Tugas (satgas) penanganan Covid-19 Kecamatan Cepogo kemudian melakukan penanganan secara medis terhadap santri ponpes dengan isolasi mandiri.

Dengan demikian, kasus terkonfirmasi positif per 15 Juni di Boyolali sebanyak 8.682 orang, kasus aktif sebanyak 615 kasus, dirawat 142 orang, menjalani isoman 473 orang. Saat ini Boyolali masuk zona risiko sedang dengan skor IKM 2,7. Terkait varian baru covid-19, perlu dilakukan penelitian whole genome sequencing (WFS) dengan merujuk ke Jogjakarta maupun Jakarta.