FOKUS JATENG-BOYOLALI-Memasuki masa panen raya, harga komoditas tembakau rajangan di kawasan lereng Merapi-Merbabu hancur, dampak anomali musim dituding sebagai penyebab jatuhnya harga.
Sumarno (56) petani tembakau asal Dukuh Tegalwire, Kelurahan/Kecamatan Mojosongo, mengaku hasil panen tahun ini kurang bagus karena perubahan musim. Dimana saat awal tanam, tanaman kurang air sehingga pertumbuhan tidka maksimal. Belum lagi menjelang panen, pembeli juga berkurang.
“Biasanya, penebas cukup banyak datang ke ladang, ini kok beda,” katanya.
Kondisi ini tidak sebaik tahun lalu, menjelang masa panen, ada penebas yang datang ke ladang untuk mengecek kemudian menawar harga tanaman tembakau. Akan tetapi. kali ini jika ada yang menemui petani, penawaran yang diberikan dipastikan jauh di bawah harapan.
“Karena tahun lalu lumayan bagus, maka saat tanam berikutnya kami menambah luasan tanam, dengan harapan panen melimpah dan harga terjangkau,” katanya.
Untuk tembakau jenis rajangan biasa ditanam petani di wilayah Boyolali bagian atas. Seperti wilayah Kecamatan Selo, Cepogo, Ampel, Boyolali Kota, Mojosongo. Sumarno menambahkan, tanaman tembakau seluas lebih kurang 1.000 meter persegi hanya laku Rp 1 juta. Harga sebesar itu tak bisa menutup biaya tanam. Namun demikian, dirinya tak mau repot membawa pulang hasil panen dan merajang tembakau sendiri.
“Terpaksa saya lepas, namun sayang sekali, panen kali ini rugi lagu,” imbuh Sumarno sembari sibuk membuang pucuk tanaman. Tujuannya, agar sari makanan tidak digunakan untuk pembentukan daun baru. Namun agar masuk ke daun yang sudah ada.
Sementara, Dalyono (60) penebas tembakau asal Dukuh Tegalgawak, Kelurahan/Kecamatan Mojosongo mengaku harga tebasan tembakau di ladang kali ini tidak sebaik panen tahun lalu. Dikarenakan tembakau banyak yang mati akibat perubahan musim.
“Saat awal tanam kurang air, namun saat pertumbuhan daun justru diguyur hujan deras,” katanya.
Sebagai perbandingan, tahun lalu harga tebasan tembakau bisa mencapai Rp 10 juta- Rp 15 juta untuk luasan lahan 3.000 meter persegi. Namun panen kali ini maksimal hanya Rp 7,5 juta untuk luasan yang sama.