FOKUSJATENG – SOLO – Pura Mangkunegaran berduka. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara IX tutup usia. Hari ini, Minggu (15/8/2021), jenazah ayah dari artis tampan Paundrakara tersebut dimakamkan di pemakaman para Raja Mangkunegaran di Astana Girilayu, Matesih, Karanganyar.
Sebelumnya, jenazah Mangkunegara IX telah diberangkatkan dari rumah pribadinya di Ndalem Tirtayasa, Jakarta menuju Pura Mangkunegaran, Solo. Kemudia selama tiga hari disemayamkan di Pura Mangkunegaran.
Pihak keluarga bersama instansi terkait telah menyiapkan sejumlah antisipasi untuk mencegah terjadinya kerumunan massa yang ingin memberikan penghormatan terakhir pada Raja mereka.
Salah satu kerabat Pura Mangkunegaran yang enggan disebutkan namanya mengatakan, mengantisipasi banyaknya pelayat, pihak Mangkunegaran diminta untuk melakukan filter di pintu masuk dengan melibatkan petugas satgas gugus tugas.
“Disarankan agar membatasi pelayat di tengah pandemi saat ini, utk menghindari cluster baru penyebaran covid-19. Sekaligus dalam rapat itupun pihak Mangkunegaran ditanyakan untuk penerapan prokes yang akan disiapkan selama giat di Mangkunageran, agar tidak terjadi cluster baru,”papar sumber itu pada Jumat 13 Agustus 2021 lalu.
Beberapa kerabat keturunan Mangkunegaran yang saat ini duduk di lembaga pemerintah maupun non pemerintahan dipastikan datang melayat.
Terpisah Kapolres Karanganyar AKBP Muhammad Syafi Maulla melalui Kasi Humas Iptu Agung Prawoko mengatakan hingga saat ini masih terus dilakukan koordinasi rapat pengamanan jalur pemakaman KGPAA Mangkunegara IX.
Secara pasti, Polres Karanganyar telah siap menerjunkan personil untuk melakukan pengamanan rute perjalanan sejak masuk Kabupaten Karanganyar hingga Astana Girilayu di Matesih, Karanganyar.
“Nantinya, setiap Polsek di Karanganyar yang dilalui iring-iringan dari Mangkunegaran akan melakukan penutupan jalan hingga iring-iringan berlalu dari lokasi yang dilewati,”ujar Agung.
KGPAA Mangkunegara IX meninggal dunia di Jakata pada hari Jumat 13 Agustus 2021 Sekira pukul 02.50 WIB karena sakit.
Dari lelayu (kabar duka) yang diterima, jenazah diberangkatkan ke Astana Girilayu dari Pura Mangkunegaran pada hari Minggu 15 Agustus 2021 sekitar pukul 10.00 WIB.
Sekadar informasi tambahan, Mangkunegara IX bernama Gusti Pangeran Haryo (GPH) Sudjiwo Kusumo saat sebelum naik tahta. Gusti Djiwo, begitu sapaan akrabnya baru mendapatkan gelar sebagai KGPAA Mangkunegara IX pada 24 Januari 1988. Penobatan ini diberikan setelah sang ayah, Mangkunegara VIII wafat pada 2 Agustus 1987. Tahta raja turun kepada putra mahkota K.P.A. Prabu Kusumo-B.R.M Radityo, kakak kandung dari GPH Sudjiwo Kusumo.
Namun, Prabu Kusumo wafat karena kecelakaan di Boyolali dan MN IX diberikan kepada GPH Sudjiwo Kusumo.
\Di masa kepemimpinan Mangkunegara IX, Mangkunegaran kembali mendapatkan kekayaannya yang sempat dikelola negara. Pengembalian aset milik Mangkunegaran itu sesuai dengan Surat Keputusan Presiden RI, 6 Februari 1991.
Kekayaan yang dikembalikan kepada Mangkunegaran antara lain, Hotel Dana Solo, pabrik obat nyamuk di Tawangmangu, sebidang tanah di barat Solo, dan vila di Tawangmangu.
KGPAA Mangkunegara IX pernah menjadi menantu Soekarno. Ia telah menikahi putri Presiden pertama RI, Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri pada tahun 1974.
Keduanya dikaruniai dua orang anak, yakni Paundrakarna Jiwa Suryanegara dan Putri Agung Suniwati. Anak sulung Mangkunegara IX, Paundrakarna juga sempat terjun ke dunia hiburan sebagai aktor dan penyanyi.
Namun, pernikahan Mangkunegara IX dengan Sukmawati kandas pada tahun
- Setelahnya, Mangkunegara IX menikah dengan Prisca Marina Haryogi Supardi pada tahun 1990.
Bersama istri keduanya, KGPAA Mangkunegara IX dikaruniai dua orang anak, yakni Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo dan Ancillasura Sudjiwo.
Nama Pura sebagaimana ditulis laman Pariwisata Solo, berasal dari bahasa Jawa yang artinya istana atau kerajaan. Pura Mangkunegaran menjadi pusat budaya dan seni di Kota Solo. Berbagai koleksi berharga yang ada di dalam istana dipercaya berasal dari Kerajaan Mataram dan Majapahit.
Pura Mangkunegaran didirikan pada tahun 1757 melalui sejarah yang cukup panjang. Setelah kematian Amangkurat IV dari Kerajaan Mataram, kerajaan ini selalu diintervensi oleh penjajah Belanda dan berhasil menempatkan Adipati Anom (PB II) sebagai pewaris kerajaan padahal Pangeran Arya Mangkunegaran adalah pewaris sah tetapi menentang Belanda sehingga memunculkan perang saudara. Raden Mas Said, anak Arya Mangkunegaran melakukan perlawanan terhadap Belanda.
Dilansir dari laman Puromangkunegaran, Raden Mas Said memperoleh wilayah dan mendirikan Pura Mangkunegaran setelah penandatanganan perjanjian Salatiga dengan Sunan Pakubawana III. Perjanjian ini menjadi penanda lahirnya Pura Mangkunegaran dengan wilayah pemerintahannya di Kedaung, Matesih, Honggobayan, Sembuyan, Gunung Kidul, Pajang bagian utara, dan Kedu.
Pada tahun 1757 hingga 1946, Mangkunegaran merupakan kerajaan yang menjalankan wilayahnya dan memiliki tentara sendiri. Namun, pada September 1946 Mangkunegara VIII memilih untuk bergabung ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sayangnya, pada 1945-1946, terjadi revolusi sosial di Surakarta yang mengakibatkan Mangkunegaran tidak memiliki kedaulatan. Sehingga, sejak revolusi sosial itu sampai saat ini, Pura Mangkunegaran merupakan bagian dari penjaga budaya.