Terdampak Pandemi, Perhiasan hingga Alat Rumah Tangga Terpaksa “Disekolahkan”

ilustrasi uang

ilustrasi uang (pixabay/Fokusjateng.com)

FOKUSJATENG-BOYOLALI – Jumlah nasabah yang menggadaikan barang untuk berbagai kebutuhan sehari-hari meningkat pesat. Bukan tanpa alasan, meningkatnya jumlah nasabah ini disebabkan karena pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini.

Terlebih, Pegadaian menerima gadai dengan berbagai jaminan diantaranya emas batangan, perhiasan, kendaraan bermotor, barang elektronik dan alat rumah tangga lainnya dari nasabah.

Seiring dengan kebutuhan gadai meningkat, bisnis Pegadaian juga ikut terangkat. Dengan demikian pegadaian berhasil mengantongi omset lebih besar dari tahun sebelumnya.

Pemimpin Cabang Pegadaian Boyolali, Utari mengatakan, hingga Agustus 2021 ini, omzet Pegadaian Cabang Boyolali mencapai Rp 49, 7 miliar. Jika dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu, terjadi peningkatan sekitar Rp 1,2 miliar.

“Pada periode yang sama tahun lalu yakni hingga Agustus, omzet Pegadaian Boyolali mencapai Rp 48,5 miliar,” ujar Utari, Selasa (24/8/2021).

Dijelaskan, biasanya sebelum pandemic Covid-19, omzet pinjaman di Pegadaian Boyolali berkisar Rp 50 juta perhari. Namun akhir-akhir ini bisa tembus hingga rata-rata Rp 100 juta perhari. Pihaknya membawahi 5 kantor pegadaian yang tersebar di seluruh wilayah Boyolali.

Namun, peningkatan omzet ini paling banyak digunakan untuk kebutuhan konsumsi. “Ada perubahan tren nasabah, biasanya meminjam untuk kegiatan usaha. Namun, untuk modal usaha nasabah malah omzetnya turun,”ujarnya.

Salah satu nasabah yang enggan disebut namanya mengaku, terpaksa menggadaikan perhiasan isterinya untuk kebutuhan sehari-hari.

Hal itu terpaksa dia lakukan setelah usaha pertanian merugi akibat anjloknya harga jual komoditas sayuran.

“Seperti cabai, harganya anjlok hanya Rp 10.000 – Rp 12.000/kg di tingkat petani. Terpaksa menggadaikan perhiasan istri untuk menutup kerugian dan kebutuhan dapur,” pungkasnya.