FOKUS JATENG-BOYOLALI-Harga telur ayam akhir-akhir ini semakin merosot tajam. Anjlok hingga menyentuh harga Rp15.400/kilogram (kg), disinyalir merupakan dampak dari PPKM yang menurunkan daya beli masyarakat. Padahal harga umum, biasanya di atas Rp. 19.000/kg. Kondisi ini membuat para peternak ayam kelimpungan.
Menurut juru bicara asosiasi peternak ayam petelur Boyolali, Tukinu, anjloknya harga telur ayam sudah mulai dirasakan sejak pandemi Covid-19. Namun, dampak paling berat terjadi semasa pemberlakuan PPKM darurat oleh pemerintah pusat.
“Harga telur pun berangsur turun dari Rp 20.000/kg kini tinggal Rp 15.400/kg di tingkat peternak. Disisi lain, harga pakan merangkak naik dan kini mencapai Rp 6.900/kg,” katanya, Jumat (10/9/2021).
Tak hanya itu, telur ayam infertil atau perusahaan besar pembibitan pun turut melemparkan telur ke pasaran karena permintaan DOC juga menurun.
“Padahal harga normal Rp 19 ribu/kg. Itu sudah dikurangi obat, makanan dan lainnya. Kalau harganya turun begini, bisa dihitung tonboknya. Seribu ayam bisa menghasilnya 40 kg telur. Itu bisa ratusan ribu untuk tombok pakanya,” ungkapnya.
Ia menambahkan, untuk kebutuhan pakan sebanyak 1,3 ons /kor/hari. Sehingga untuk 1.000 ekor membutuhkan pakan sebanyak 1.300 ons atau 130 kg. Jadi biaya pakan mencapai Rp 897.000/ hari, sedangkan hasil penjualan telur sebanyak Rp 616.000. Dengan demikian,dipastikan peternak selalu nombok. Untuk BEP atau impas harga telur di tingkat peternak layaknya Rp 19.000/kg.
“Sehingga bisa menutup biaya operasional seperti pakan, obat- obatan dan tenaga kerja,” ujarnya.
Akibat penurunan harga telur, banyak peternak tak mampu melanjutkan usahanya. Bahkan ada peternak skala besar yang nombok hingga puluhan juta rupiah setiap hari.
“Kalau saya, skala kecil dengan 7.000 ekor ayam, nombok sekitar Rp 1.750.000/hari,” katanya.
Pihaknya berharap ada upaya pemerintah untuk mendongkrak harga telur. Mengingat peternakan ayam petelur menjadi tumpuan hidup sebagian masyarakat. Di Boyolali sendiri ada 40 peternak dengan jumlah pekerja di tiap peternakan bervariasi antara 3 – 5 orang.
“Adapun produksi telur mencapai 75 ton/hari,” imbuh Tukinu.
Senada, peternak ayam petelur asal Randu, Jelok, Cepogo, Taufan mengatakan jatuhnya harga telur dirasakan sejak sebulan terakhir. Harga pokok produksi (HPP) perekor ayam sekitar 20 ribu. Adapun ayam miliknya sebanyak 10 ribu ekor dengan tiap harinya mengeluarkan pakan sebanyak 1,2 ton. Belum lagi harga pakan naik sampai Rp 7 ribu/kg
“Kalau nomboknya sekitar Rp 3 juta perhari untuk pakannya saja. Saya berharap harga stabil saja. Kalau harga tidak stabil, peternak rakyat akan tutup semua,” pungkasnya.