6 Kecamatan di Boyolali yang Rawan Kekeringan

FOKUSJATENG – BOYOLALI – Masuki musim kemarau basah, sebanyak 25 desa di enam kecamatan, yakni kecamatan berpotensi mengalami kekeringan, yakni Kecamatan Juwangi, Kemusu,Wonosegoro, Karanggede, di Wilayah Boyolali utara, serta dua kecamatan di lereng Merapi, Yakni Kecamatan Musuk dan Tamansari.

Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBd Boyolali Widodo Munir mengatakan berdasar rapat koordinasi yang dilakukan di provinsi, Badan Metereologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi, musim kemarau kali ini bersifat kemarau basah. Yakni musim kemarau namun, sesekali masih turun hujan.

Sebagai antisipasi dampak kemarau, yakni kekeringan dan kekurangan air bersih, pihaknya menyiagakan status Siaga darurat Kekeringan melalui Surat Keputusan Bupati SK Bupati Boyolali nomor 360/593 tahun 2021. Di Boyolali sendiri, sebutnya, ada sebanyak 25 desa di enam kecamatan yang selalu terdampak saat musim kemarau.

“Enam kecamatan yang rutin terdampak akan kita koordinasikan segera untuk penanganan, misalnya dropping air bersih,” kata Widodo Munir usai pelepasan simbolis dropping air bersih dilakukan di halaman kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Senin (14/9/2021).

“Kita juga sudah lakukan asesmen sebelumnya daerah-daerah yang rawan kekurangan air bersih. Mulai hari ini kita dropping 14 tangki di tiga kecamatan. Kecamatan Juwangi Wonoegoro dan Wonosamudro,” ungkapnya.

Dalam dropping air bersih itu, Pemkab Boyolali menggandeng corporate social responbility (CSR) untuk penyediaan air bersih, dengan total target 2.019 tangki.

“Kami mengganggarkan Rp 100 juta untuk 400 tangki air. Lainnya dibantu oleh CSR. Penyaluran air bersih juga kami lakukan bertahap. Jika ada yang meminta akan kami kirimkan. Karena sesuai asesmen saat ini, kecamatan Selo tidak masuk daerah rawan kekurangan air bersih,” jelasnya.

Menurut Munir, sejak musim kemarau tahun ini, Kecamatan Selo berhasil keluar dari daerah rawan kekurangan air bersih. Hal tersebut dikarenakan warga Selo cukup kreatif mencari sumber mata air. Selain itu, potensi sumber air bersih masih ditemukan di Merapi dan Merbabu. Warga mampu mengelola air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

Sekda Boyolali, Masruri menekankan agar dropping air digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti makan dan minum. Selain itu, jangan sampai air sisa dropping dimasukan ke sumur. Karena akan terserap ke tanah dan sia-sia terutama di daerah Juwangi, Kemusu, Wonosamudro, Wonosegoro dan lainnya. Dia meminta, petugas dropping air bersabar menunggu warga mencari tempat tandon air.

“Lebih baik kita tunggu saja. Kalau ada desa yang minta kita berangkat agar bisa dihemat energinya. Karena potensi kekeringan ada dan masih dalam situasi PPKM level 3. Agar sasaran dropping tepat dan menimbang jarak serta transportasinya,” pungkasnya.