FOKUS JATENG-BOYOLALI – Kemarau panjang membuat warga di sebagian wilayah di kawasan lereng Merapi mengalami kekeringan dan kesulitan air bersih. Setidaknya, kondisi tersebut dialami lima desa di wilayah Kecamatan Tamansari, yakni Desa Sangup, Lanjaran, Mriyan, Sumur dan Jemowo.
“Kecamatan Tamansari yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Musuk memiliki 10 desa. Namun lima desa diantaranya memang rutin mengalami kekurangan air bersih setiap musim kemarau,” ujar Camat Tamansari, Wur Laksana, Senin (18/10/2021).
Menurut Wur Laksana, kekeringan di wilayahnya biasanya mulai melanda sekitar Bulan Agustus saat memasuki puncak musim kemarau, dimana kawasan Tamansari selama ini hanya mengandalkan air tadah hujan. Bahkan, warga juga membuat tandon air yang cukup besar, Namun, ketika musim kemarau datang masih kekurangan air bersih. Pasalnya, selain untuk konsumsi sehari- hari, air bersih juga untuk ternak sapi.
Pihaknya mengaku sudah koordinasi dengan bagian Kesra (Kesejahteraan Rakyat) Setda Kabupaten Boyolali, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali maupun PMI setempat.
“Kami sudah koordinasi dan rapat terkait kurangnya air bersih di lima desa di Kecamatan Tamansari itu. Pemdes bisa membuat permohonan yang disampaikan kepada Bupati,” katanya.
Ia menambahkan, belum lama ini sudah dilakukan dropping air bersih Desa Sumur dan Mriyan dari BPBD Kabupaten Boyolali dan PMI Kabupaten Boyolali. Bantuan diharapkan bisa mengurangi beban warga.
“Warga biasanya membeli air dari pemilik mobil tangki swasta dengan harga hingga ratusan ribu/tangki.”
Pihaknya juga terus berupaya melakukan pemetaan titik yang diperkirakan memiliki sumber di dalam tanah. Sehingga bisa dilakukan pengeboran. Hanya saja, pemetaan serta pengeboran membutuhkan biaya besar. Salah satunya di Komplek Kantor Kecamatan Tamansari ini, sudah berhasil dibuat sumur bor dengan kedalaman hingga 90-an meter.
“Sedianya untuk mencukupi kebutuhan air di lingkup kantor kecamatan. Akan tetapi kalau berlebih, bisa disalurkan ke masyarakat sekitar,”katanya.