FOKUS JATENG-BOYOLALI – Rencana pemerintah untuk merelokasi pedagang di kawasan Waduk Cengklik bakal menemui ganjalan. Hal itu terungkap saat sosialisasi Revitalisasi Waduk Cengklik di Balai Desa Ngargorejo, Kecamatan Ngemplak, Jumat (29/10/2021).
“Para pedagang keberatan, karena sudah berjualan lama di kawasan Waduk Cengklik. Tapi harus pindah dengan menyiapkan bangunan sendiri di lokasi yang baru, tempatnya lahan parkir tubuh bendungan di sebelah timur,” kata salah satu pedagang di kawasan Waduk Cengklik, Sunaryo, warga Ngargorejo.
Pihaknya berharap, mendapatkan bantuan dana untuk meringankan biaya relokasi. Selain itu, di lokasi yang baru diketahui memiliki ukuran lapak 3 meter persegi. Luasan ini dinilai tidak mencukupi untuk warungnya yang menjual makanan berat, snack dan minuman. Luas lahan 3 meter persegi hanya cukup untuk kompor dan meja.
“Selama permintaan warga dan teman-teman belum disepakati, kami tetap belum mau pindah,” ujarnya.
Pada kesempatan itu Kepala Satuan Kerja (Kasatker) OP SDA Bengawan Solo, Surendro Andi Wibowo, menyebut revitalisasi ini dimaksudkan agar kondisi Waduk Cengklik menjadi lebih baik, aman dan nyaman. Saat ini di kawasan tersebut memiliki masalah sosial berupa tubuh bendungan yang dibangun warung untuk berjualan.
“Bendungan ini bendung vital, aman, dan terjaga. Kami akan relokasi warung ini. Kemudian akan dibangun semacam plasa di barat bendungan. Pedagang bisa menempati plasa yang kami bangun. Ini milik Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo dan tidak ada pungutan sama sekali,” ujarnya.
Ia menambahkan, revitalisasi ini diproyeksikan selesai pada Desember 2022.
“Ada masa pemeliharaan selama 6 bulan. Revitalisasi Waduk Cengklik didanai dari soft loan Bank Dunia dengan pagu Rp35 miliar. Saat ini, proyek ini sampai pada tahap lelang,” imbuhnya.
Sementara, Kepala Bidang (Kabid) Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air (OP SDA) Bengawan Solo, Sri Wahyu Kusumastuti menambahkan relokasi digelar secepatnya ke lahan parkir tubuh bendungan. Ada 72 warung yang akan direlokasi ke lokasi tersebut. Adapun revitaliasi Waduk Cengklik merupakan bagian agenda menata kawasan yang dibangun pada 1930 itu. Berdasarkan kajian yang dilakukan, tubuh bendungan tersebut memiliki penurunan fungsi seperti ditemukannya rembesan. Selain itu, ada bagian-bagian yang tidak sesuai peruntukan seperti warung, karamba dan eceng gondok.
“Semua sudah kami kaji. Kami lakukan penataan kembali agar fungsinya kembali sebagaimana mana mestinya. Air waduk ini juga dipakai untuk irigasi seluas 1.600 hektare. Jadi fungsinya cukup strategis,” katanya.
Terkait bantuan dana untuk untuk relokasi pedagang, Sri Wahyu Kusumastuti meneybut tidak ada mata anggaran untuk pembongkaran warung dan proses relokasinya. Hanya saja, secara kemanusiaan, pihaknya akan berupaya memberikan bantuan kepada para pedagang melalui skema corporate social responsilibity (CSR).
“Seperti yang dikatakan Pak Surendro ada CSR, mungkin diupayakan agar bisa membantu memperingan teman-teman pemilik warung,” katanya.