Tiga Pantangan Di Umbul Desa Nepen Yang Tak Boleh Dilanggar

umbul Langse desa Nepen

Tidak hanya Umbul Langse, namun tujuh umbul di Desa Nepen, digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI- Menurut sejarawan Boyolali, Surojo, Desa Nepen, yang berada di wilayah Teras Boyolali dulu menjadi tempat menepi atau bertapa orang-orang dari luar daerah. Mereka datang ke Nepen bukan tanpa petunjuk, akan tetapi dituntun oleh mata batin yang telah terlatih.
Selain itu kedatangan para pertapa itu juga tak terlepas dari adanya sejumlah sumber kehidupan berupa sumber mata air yang dikelilingi pohon-pohon besar dan bebatuan. Dari situlah, desa ini menjadi nama Desa Nepen, artinya tempat orang-orang menepi.
“Asal kata Nepen itu nepi, atau tempat orang menepi,” katanya.
Adapun keberadaan sejumlah sumber mata air, menurut penuturan sejumlah warga, pada zaman dahulu pernah ada seorang pangeran yang berasal dari Jatinom, Klaten. Pangeran tersebut selanjutnya melakukan ritual semadi di Desa Nepen hingga bertahun-tahun. Tanpa diketahui sebabnya, di lokasi tempat bertapa pangeran itu menyembur sumber mata air.
Selanjutnya, Raja Keraton Kasunanan Surakarta yang mendengar kabar itu segera perintahkan abdinya untuk menutup dengan kelambu berwarna putih di sumber mata air itu. Sejak saat itulah, nama sumber mata air itu disebut Umbul Langse.
Sugiman, Ketua RT 06/01 Dukuh Lebak, Desa Nepen menceritakan sifat umbul tersebut. Salah satunya ialah menolak dikomersialkan atau diprivatisasi. “Jika ada orang menguasai umbul itu atau mengeksploitasinya, umbul ini akan mati. Sudah banyak kejadiannya,” ujarnya.
Dikemukakan, , bahwa ada tiga hal pantangan yang tak boleh dilanggar agar Umbul Langse tetap hidup.
Pertama, air dari umbul ini tidak boleh untuk rebutan. Kedua, ikan-ikan disekitar umbul tidak boleh diambil dan ketiga, umbul harus rutin dirawat.
“Pernah kejadian, saat airnya sudah keluar tapi belum besar, ada petani yang rebutan air untuk irigasi sawah. Kan saat itu pengairannya masih digilir, karena debitnya belum besar. Spontan, ini kejadian besoknya hilang airnya (umbul Langse mati lagi),” ungkap Sugiman.
Pihaknyapun langsung menemui guru spiritualnya lagi dan menceritakan yang terjadi di Umbul tersebut. Akhirnya warga pun diminta mencari sejumlah ubo rampe atau persyaratan sesaji lagi. Namun tak sebanyak yang sebelumnya.
Air di umbul Langse pun mengalir deras lagi hingga saat ini. Air dari umbul yang berada di pinggir jalan Randusari – Kopen, Teras, Boyolali itu kini dimanfaatkan warga untuk berbagai keperluan. Yaitu untuk air minum di tiga RT. Lalu pengairan irigasi persawahan di lebih dari empat desa, bahkan hingga wilayah Kecamatan Sawit. Juga untuk wisata pemandian.
Tidak hanya Umbul Langse, namun tujuh umbul di Desa Nepen, digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa ada pungutan, kecuali sekadar biaya sukarela untuk kas desa dan perawatan.