FOKUS JATENG – BOYOLALI-Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Boyolali dikabarkan bertambah seiring dengan pandemi Corona yang memukul perekonomian. Hingga Agustus 2021, tercatat meningkat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020 lalu.Jumlah tersebut diketahui berdasarkan pemutakhiran Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dari Kementerian Sosial per Agustus 2021.
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Boyolali, Ahmad Gojali menyebut jumlah orang miskin hingga akhir Agustus 2021 mencapai sekitar 140.000 orang. Jumlah ini naik sekitar 8 000 orang dibandingkan dengan akhir Agustus 2020, dimana jumlah penduduk miskin di Boyolali mencapai 132.000 orang.
“Kami baru saja mendapatkan versi Agustus 2021, ada peningkatan 8.000-an di DTKS [Data Terpadu Kesejahteraan Sosial]. Semula 132.000 sekian menjadi 140.000 sekian,” kata Gojali, Senin (1/11/2021).
Data tersebut kemudian akan dilakukan verifikasi dan validasi di lapangan. Hal ini guna melihat seperti apa perubahan data penduduk miskin yang ada dibanding data sebelumnya. Verifikasi dan validasi ini akan diperbarui setiap bulannya.
“Mungkin nanti bisa memanfaatkan MCD [Monitoring Center for Development] karena langsung dari RT. Jadi bisa dipertanggungjawabkan,” ujar dia.
Menurut Gojali, pihaknya juga belum mengetahui profil penduduk miskin yang masuk ke dalam DTKS. Dikarenakan data tersebut belum dipilah berdasarkan by name dan by address, termasuk apakah masuk ke dalam kelompok rentan seperti lansia, difabel dan lainnya.
“Kami belum bisa melihat BNBA [by name, by address] dari mana yang 8.000 ini. Data ini harus disandingkan dulu dengan yang Oktober 2020. Nanti baru terlihat dari mana saja penambahan yang 8.000 ini,” imbuhnya.
Kendati demikian, sejumlahprogram bantuan sosial kepada warga miskin, sejauh ini masih terus berjalan seperti program keluarga harapan (PKH), bantuan sembako, Kartu Indonesia Sehat (KIS). Dinsos juga menyediakan bantuan jatah hidup (jadup) bagi warga yang menjalani isolasi mandiri akibat terpapar Covid-19. Akan tetapi, belakangan ini permintaan bantuan jadup ini berkurang drastis mengingat Boyolali memasuki Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 2.
“Sekarang melandai jadi anggaran bisa efisien. Permintaan jadup jauh berkurang kerena Boyolali di Level 2 dibandingkan ledakan pada Juli-Agustus lalu,” ujar Gojali.
Data Badan Pusat Statisik Boyolali menunjukkan jumlah penduduk miskin Boyolali pada 2020 mencapai 101.000 jiwa dengan persentase 10 persen. Jumlah ini meningkat dibandingkan pada 2019 sebesar 94.000 jiwa dengan persentase 10 persen dari total populasi penduduk.
Sementara itu, garis kemiskinan terus naik dari 2019 sebesar Rp332.996 per kapita per bulan menjadi Rp347.520 per kapita per bulan pada 2020.
Penduduk Miskin Di Boyolali Naik

Penyaluran bantuan sembako oleh Dinsos Boyolali (/Fokusjateng.com)