Goa Raja, Tempat Pertemuan P Diponegoro dengan PB VI Mengatur Strategi

goa raja

GOA RAJA masih asri dengan aneka pepohonan menjulang tinggi (/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI- Di salah satu bukit menuju Gunung Merbabu wilayah Samiran Kecamatan Selo, terdapat sebuah obyek wisata berbentuk goa. Goa ini dinamakan Goa Raja karena goa tersebut sering menjadi tempat pertemuan rahasia P Diponegoro dengan raja Keraton Surakarta, PB VI saat Perang Jawa berkecamuk. Pertemuan selain untuk mengatur strategi melawan Belanda juga untuk menyuplai senjata dan logistik.
“PB VI kalau dari Sultan Jogja ke-2 itu masih trah Hamengku Buwono II. PB VI membantu perjuangan Pangeran Diponegoro,” papar Putri mendiang PB XII, GKR Koes Moertiyah Wandansari atau Gusti Moeng, beberapa waktu lalu.
Dari goa raja, PB VI dan Diponegoro bergelirya hingga hutan Krendowahono. Keduanya ditangkap oleh Belanda di daerah Wedi, Klaten. Belanda mengasingkan keduanya ke Halmahera.
Kemudian, Belanda memisahkan PB VI dan Diponegoro. PB VI diasingkan ke Ambon, sedangkan Pangeran Diponegoro ke Makassar. PB VI meninggal di Ambon. Kemudian, pada 1957, makam PB VI dipindahkan ke Imogiri.
“Lanjut sampai meninggal di Ambon ditembak oleh Belanda karena enggak mau menyerahkan negara. Ini menjadi teladan bagi kita semua,” ujarnya.
Senada, pegiat sejarah Boyolali, R Surojo mengatakan karena tempatnya tersembunyi, maka pertemuan tidak bisa diketahui Belanda. Apalagi, PB VI dan Diponegoro memiliki penghubung yang lihai. Mulai dari Selo ke selatan di Drajidan dan Lanjaran yang sekarang masuk wilayah Kecamatan Musuk.
“Kemudian disambung ke Kemalang, Klaten hingga Yogya. Setiap mau bertemu, peran penghubung ini sangat penting. Salah satu penghubung itu namanya Soijoyo yang juga ahli strategi,” katanya. Minggu (7/11/2021).
Namun dengan kelicikannya, lanjut dia, maka Belanda bisa menangkap Diponegoro dan PB VI. Diponegoro ditahan di Makasar hingga wafatnya, Sedangkan PB VI dibuang ke Ambon dan dibiarkan hidup di suatu daerah terpencil.
Sehingga PB VI harus bertani untuk mencukupi kebutuhan makan sehari- hari. Meskipun demikian, perlawanan PB VI terhadap Belanda tak juga terhenti. Hingga kemudian PB VI ditembak mati oleh Belanda.
“Belanda dengan licik mengabarkan ke keraton kalau PB VI meninggal karena kejatuhan kayu di kapal. Namun siasat ini akhirnya terkuak bahwa sebenarnya PB VI ditembak. Makamnya kemudian dipindahkan ke Imogiri, Yogya tahun 1957,” ujarnya.
Sementara, menurut warga sekitar sebelum terjadi longsor, didalamnya terdapat sebuah goa yang panjang. Bahkan ujung goa ini berada di Kecamatan Tuntang, Salatiga. Saat ini, kondisi goa sudah seperti dinding batuan yang selalu lembab. Goa tersebut sebenarnya lebih mirip ceruk di pinggiran sebuah tebing yang curam. Lingkungan sekitar masih asri dengan aneka pepohonan menjulang tinggi. Di tempat ini, pengunjung akan merasa tenang dan damai tak terganggu keramaian karena tempat ini memang digunakan untuk melakukan wisata religi.
Untuk mencapai Goa Raja cukup mudah. Sudah ada jalan aspal yang bisa dilalui kendaraan roda empat atau sepeda motor. Bahkan sudah dilengkapi pula tempat parkir. Jaraknya sekitar 1 km dari Lapangan Desa Samiran.