Heboh, Di Boyolali Seorang Pedagang Cilok Dianiaya Hingga Tewas

penganiayaan

Polisi membawa pelaku penganiayaan menjalani tes kejiwaan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ), Kentingan, Solo (/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI- Seorang pedagang cilok keliling di Sambi Boyolali tewas dianiaya. Dia tewas setelah dianiaya orang dalam gangguan jiwa (ODGJ).
Korban Slamet (50), pedagang cilok keliling asal Dukuh Dondil, Desa Jatisari, Sambi diketahui tergeletak dengan kondisi bersimbah darah depan rumah pelaku. Kini, jenazah korban tengah diotopsi di RS dr Moewardi, Solo. Sedangkan pelaku akan menjalani tes kejiwaan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ), Kentingan, Solo.
Penganiayaan hingga menyebabkan tewasnya korban ini, bermula saat korban keliling berjualan cilok pada Minggu (8/11) sore. Sesampainya di depan rumah pelaku berinisial WT (40) di Dukuh Jetaksari, Jatisari, sekitar pukul 17.00, korban kemudian menstandarkan motornya dan mulai melayani cilok. Namun, tanpa diduga pelaku datang langsung memukul korban dengan menggunakan batu besar.
“Belum diketahui secara pasti apa motif yang membuat pelaku tega memukul korban,” ujar Kapolsek Sambi Iptu Sunarto. Senin (8/11/2021).
Dijelaskan saat kejadian penganiayaan, tidak ada saksi mata yang melihat kejadian tersebut. Korban sendiri ditemukan dalam kondisi terjatuh di tanah. Sedangkan pelaku masih disekitar lokasi, membuat warga tak berani melerai.
“Korban ini merupakan pedagang cilok yang biasanya jualan di Trayu. Tapi sore kemarin dia keliling. Kejadiannya di depan rumah pelaku. Jadi belum tahu motifnya apa, hanya pelaku ini memang dikenal warga mengalami gangguan jiwa. Sehingga pas kejadian gak ada yang berani melerai,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua RT 02 Rw 03, Desa Jatisari, Maryanto mengatakan tidak ada warga yang melihat kejadian penganiayaan tersebut. Namun, korban diketahui mengalami sakit kejiwaan sudah belasan tahun. Pelaku juga diketahui beberapa kali mengamuk dan menganiaya keluarga serta anak-anak disekitar rumah.
“Masyarakat tidak ada yang tahu penyebabnya. Namun, dari pihak keluarga WT siap menanggung semua biaya termasuk pemakamanya. Memang WT ini sering mengamuk, sebenarnya warga juga was-was. Nanti, baiknya bagaimana diserahkan ke polisi saja,” katanya.
Menurut Maryanto, sejauh ini pelaku masih menjalani rawat jalan di RS Banyubening. Tiap hari pelaku juga rutin meminum obat. Setelah sebelumnya berobat ke RSJ di Solo dan Klaten.
“Pelaku ini, sebenarnya lulusan D3, terus sejak 16 tahun lalu mengalami gangguan jiwa. Mungkin karena depresi,” katanya.
Terpisah, keluarga dari istri korban, Parmin Raharjo mengatakan, korban tinggal bertiga bersama istri dan ibu mertuanya yang sudah tua. Istri korban, Sarjiyem diketahui mengalami sakit strooke dengan aktivitas terbatas. Sedangkan ibu mertua sudah berusia 80 tahun.
“Tadi sudah ada keterangan, keluarga pelaku akan menanggung semua biaya ini. Kalau untuk perawatan isteri dan mertuanya ke depan, katanya akan dibicarakan lagi secara kekeluargaan. Karena istri sama mertua juga terbatas aktivitasnya,” pungkasnya.