FOKUS JATENG-BOYOLALI-Pasca ekskavasi tahap 2 kawasan situs Candi Watugenuk, Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo, masyarakat diajak untuk turut melestarikan dan menjaga bangunan purbakala yang dibangun pada abad 9 atau sejak masa Mataram Kuno itu.
Hal tersebut diungkapkan budayawan asal Institute Keholeng Boyolali, Ribut Budi Santosa. Mengingat situs tersebut merupakan warisan peninggalan purbakala yang sudah tercatat di Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng.
“Dan itu tidak bisa dikerjakan sendiri oleh balai konservasi. Tetapi justru masyarakat sekitar yang ikut serta membantu,” kata Ribut. Jumat (12/11/2021).
Menurut Ribut, melalui kerjasama dengan melibatkan kepedulian masyarakat setempat, dinilai lebih efektif untuk menularkan kepedulian dan memahami betapa susahnya merawat cagar budaya.
“Dengan masuknya unsur masyarakat, kegiatan daerah bisa dilakukan di sekitar candi. Tetapi juga harus mempertimbangkan kepantasan. Apalagi Boyolali sudah memilki Perda cagar budaya,” imbuhnya.
Ribut berpendapat, jika masyarakat sudah merasakan potensi candi yang bisa dimanfaatkan, maka peningkatan kesejahteraan masyarakat sendiri bisa berdampak secara fisik, seperti pendapatan dari pariwisata, serta non fisik seperti pemahaman terkait cagar budaya.
“Di Boyolali ini ada kearifan lokal dalam bentuk tradisi, kesenian, tradisional, yang diberikan peran, apalagi kearifan lokal itu masih terkait candi watu genuk,” katanya.
Partisipasi masyarakat dalam relawan pembersihan itu ada karena mengetahui manfaatnya, tambahnya. Dengan kesadaran itu sendiri mereka akhirnya dapat mempelajari cara membersihkan, dan upaya pelestarian benda bersejarah yang sebelumnya tidak pernah diajarkan.
Menurut dia, hasil eksvakasi atau penggalian yang dilakukan BPCB membuktikan bahwa di situs Watugenuk terdapat tiga candi perwara.
“Tiga candi ini melengkapi candi induk yang sudah ditemukan tahun 2016 lalu, yaitu lingga dan yoni,” ujarnya.
Tak hanya itu saja, Ribut juga mendorong Pemkab Boyolali maupun Pemdes Kragilan, Kecamatan Mojosongo untuk menganggarkan dana guna melanjutkan penggalian yang telah dilakukan BPCB.
“Namun tentu saja, perlu ada koordinasi dengan BPCB sehingga semua bisa jelas,” katanya.
Ditambahkan, temuan candi Watugenuk memiliki keunikan tersendiri. Sebab, tiga candi perwara yang ditemukan memiliki ukuran sama dengan candi induk. Hanya saja, untuk mengetahui bentuk asli keseluruhan candi butuh penelitian lebih lanjut.
“Pemkab dan jajaran terkait juga perlu koordinasi dengan BPCB untuk mendapatkan salinan hasil penggalian tahap kedua,” pungkasnya.