FOKUS JATENG-BOYOLALI- Harga cabai di Boyolali terpuruk hingga ke harga Rp 11.000 perkilogram. Kendati sempat naik hingga Rp 16.000 per kilogram. Kondisi ini membuat petani semakin hancur. Penurunan harga cabai ini sudah terjadi sejak 10 hari terakhir.
“Baru saja menikmati kenaikan harga pada 10 hari lalu, kini harga cabai kembali merosot. Harga cabai sempat anjlok hanya Rp 11.000 perkilogram,” kata salah satu petani cabai rawit, Supaham (73) warga Desa Brajan, Kecamatan Mojosongo saat ditemui diladangnya pada Rabu (17/11/2021).
Dia menuturkan kenaikan harga cabai itu hanya bisa dinikmati sesaat saja. Kini harga cabai kembali merosot ke harga semula Rp 11.000 per kilogram di tingkat petani. Hal itu dipicu melimpahnya pasokan cabai di pasar- pasar.
“Informasi pengepul, ada pasokan cabai partai besar dari daerah Jawa Timur sehingga harga cabai kembali hancur lebur,” keluhnya.
Kondisi ini diperparah dengan serangan virus pathek. Tanda- tanda serangan pathek adalah buah cabai menghitam dan kemudian rontok. Setelah itu, daun pun tanaman cabai pun mengering dan tanaman mati.
“Kalau sudah diserang pathek, tanaman tak bisa diselamatkan. Apalagi kondisi basah akibat guyuran hujan lebat, mempercepat penularan pathek,” imbuhnya.
Sebenarnya, dalam kondisi normal dia mampu memanen cabai minimal setengah kuintal dari ahan seluas 2.300 meter persegi. Panen dilakukan setiap dua hari sekali. Hasil panen dijual langsung kepada pengepul dekat rumahnya.
Patani cabai yang lain, Mulato (70) warga Desa Salakan, Kecamatan Teras justru mengaku tak sempat menikmati kenaikan harga. Karena, tanaman cabai di ladang miliknya sudah mendekati masa akhir panen.
“Sudah mendekati masa akhir panen, jadi kenaikan harga cabai tak begitu terasa,” pungkasnya.