FOKUS JATENG-BOYOLALI-HIV/Aids masih menjadi penyakit yang harus diperangi. Upaya tracing dan deteksi dini masih tetap dilakukan untuk meminimalisir ODHA lose to followup. Tercatat dalam kurun Januari-Oktober ada 72 kasus baru HIV/Aids. Namun demikian, kesadaran untuk memeriksanakan diri masih kurang.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, Puji Astuti disela peringatan Hari AIDS sedunia (HAS) 2021, pada Rabu (1/12/2021) di gedung Panti Marhaen, Boyolali.
“Selama 2021 ini ada penambahan 72 ODHA, 7 diantaranya meninggal dunia. Sedangkan yang sudah mendapat pengobatan antiretroviral (ARV) sebanyak 60, dan lima belum mendapat pengobatan,” imbuhnya.
Dari jumlah itu, lanjut Puji, baru 83,3 persen ODHA yang mendapat pengobatan. Namun, dari akumulasi 572 ODHA baru 249 penderita yang menjalani pengobatan dengan meminum ARV. Banyaknya penambahan ODHA tahun ini ditengarai karena banyak hal. Mengingat, virus ini ditularkan melalui hubungan seksual beresiko seperti dalam kasus lelaki seks dengan lelaki (LSL) yang jumlahnya diklaim meningkat dan kaum transgender atau waria.
Upaya tracing pada ODHA lose to follow up juga dilakukan. Diantaranya melalui screening sesuai standar pelayanan minimal (SPM), notifikasi pasangan, pendataan ODHA yang meminum ARV serta perluasan layanan perawatan dukungan dan pengobatan (PDP) HIV/Aids di puskesmas-puskesmas.
“Maka kami perluas layanan test and treat berupa pemeriksaan Infeksi Menular Seksual (IMS), pemeriksaan HIV, PDP HIV/Aids secara komperhensif. Kami ada 13 layanan yang memfasilitasi PDP,”katanya.
Pelayanan PDP dilakukan di RSUD Pandanarang, RSUD Simo, Puskesmas Boyolali 1 dan 2, puskesmas Teras, Banyudono 1, Ngemplak, Nogosari, Andong, Ampel, Karanggede, Sawit dan Puskesmas Juwangi. Dia berharap kesadaran masyarakat untuk upaya pencegahan dan penanggulangan bisa dilakukan.
Sekda Boyolali, Masruri menambahkan dengan berbagai upaya penanggulangan dia menarget 2030 Boyolali bebas ODHA yang baru terinfeksi, tidak ada kematian akibat HIV/Aids dan tidak ada diskriminasi pada ODHA. Dia meminta ada sinergitas dari semua sektor dalam mewujudkan Boyolali bebas HIV/Aids.
“Dinas terkait harus bisa mencari ODHA yang lose follow up atau tidak terdeteksi. Kalau sudah ditemukan, harus diedukasi dan diajak agar mau rutin berobat. Maka faskes-faskes harus selalu siap, dan bisa dijangkau ODHA. Data harus terupdate setiap saat. Jangan sampai ada diskriminasi pada ODHA,” tegasnya.
Masyarakat juga diminta untuk tidak mudah memberikan stigma negatif dan diskriminasi kepada ODHA. Sehingga akan membuat mereka terasing dan terkucil dari masyarakat.