FOKUS JATENG-BOYOLALI – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali bakal mendirikan TPS 3R atau reduce, reuse dan recycle guna mewujudkan zero waste berkelanjutan secara masif. Keberadaan TPS 3R ini didukung dengan pengelolaan bank sampah di tiap RT.
“TPS 3R merupakan pola pendekatan pengelolaan persampahan pada skala komunal atau kawasan, dengan melibatkan peran Pemerintah dan masyarakat didukung dengan pengelolaan bank sampah di tiap RT,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Boyolali, Lusia Dyah Suciati.
Ia menambahkan, Pemerintah menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang berkualitas, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan. Hal itu sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan sumber daya air dan lingkungan dengan mengurangi timbunan sampah di sumbernya, serta meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat.
Adapun Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) menunjukkan pada 2020 volume timbulan sampah yang dihasilkan Boyolali mencapai sekitar 287,3 ton per hari. Jumlah ini setara dengan 105.094,61 ton per tahun.
Sampah ini baru sekitar 27,38 persen yang berhasil dikelola di Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) UPT pengelolaan Sampah. Sisanya, sampah dikelola mandiri oleh masyarkat dan sebagian lagi belum dikelola dengan baik.
Untuk mengatasi persoalan ini, Pemkab Boyolali berencana setiap desa/kelurahan di Boyolali mengelola TPS 3R. Kemudian, di setiap wilayah memiliki TPS Terpadu. Selain itu, setiap RT juga memiliki bank sampah.
“Sampah ini jumlahnya sehari bisa 100 ton. Sebagian masuk TPA dan lainnya menyebar ke sungai dan lainnya. Sampah harus dikelola di lingkungan masing-masing. Ke depan juga akan dikembangkan di masing-masing klaster seperti industri, perkantoran, rumah sakit dan puskesmas,” katanya.
Disebutkan, sampah terbanyak di Boyolali dihasilkan dari rumah tangga. Setiap rumah tangga dengan asumsi empat orang anggota keluarga menghasil rata-rata 1,08 kilogram sampah per hari. Sampah ini terdiri atas 0,65 kilogram organik dan 0,43 kilogram sampah non-organik.
TPA di Winong menerima 70 ton sampah per hari. Jumlah ini baru sebagian wilayah saja yang tertangani. Hal ini perlu terobosan membangun sistem persampahan yang lebih baik.
“Masalah sampah sebenarnya bukan hanya tanggung jawab TPA. Namun menjadi tanggung jawab kita semua yang akan mewariskan lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang,” ujarnya.
Menurut Asisten II Sekretariat Daerah (Setda) Boyolali, Insan Adi Asmono, kebijakan ini mendorong setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD), kecamatan, dan desa termasuk pasar diberi satgas dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Sehingga permasalah sampah ini selesai di masing-masing sektor.
“Kami sedang siapkan roadmap-nya dan pengelolaan sampah harus selesai di lingkungan masing-masing. Kami akan rintis bertahap. Nanti ada pemanfaatan lanjutan misalnya pembuatan magot, bank sampah, pupuk organik, dan lainnya,” ujarnya.
Senada Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Dispermasdes) Boyolali, Yulius Bagus Triyanto, menambahkan pendirian TPS 3R di tiap desa dan bank sampah di tiap RT atau dukuh diharapkan permasalah sampah rampung sebelum sampai TPA.
Sampah ini akan terpilah di level rumah tangga misalnya organik diolah menjadi pupuk kompos sedangkan sampah anorganik dipilah kembali untuk dijual. Sedangkan, sampah seperti popok atau pembalut dan sejenisnya akan diolah dengan penanganan terpisah.
“Jadi sampah ini selesai di lingkungan misalnya dengan gerakan sumbang rosok, pembuatan komposter hingga pengepul bank sampah. Sampah tidak perlu sampai ke TPA,” imbuhnya.
Boyolali Kelola Sampah Dengan Sistem TPS 3R

Pengelolaan Sampah di Desa Kebon Bimo Boyolali Kota (/Fokusjateng.com)