FOKUS JATENG-BOYOLALI- Angka stunting terus ditekan, upaya yang dilakukan tidak sekedar penyuluhan dan intervensi, namun juga melalui melalui program pendampingan konseling dan pemeriksaan kesehatan.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Nasional Hasto Wardoyo, saat Launching Pendampingan, Konseling, Pemeriksaan Kesehatan dalam 3 Bulan Pranikah Sebagai Upaya Pencegahan Stunting dar I Hulu Kepada Calon Pengantin di Boyolali, Rabu (29/12/2012).
Pada kesempatan yang dihadiri Gubernur Jawa Tengah, Kepala Kantor Kemenag Provinsi bersama Bupati, Wakil Bupati Boyolali dan jajaran Forkopimda. Kegiatan dilanjutkan dengan pengecekan pemeriksaan kesehatan calon pengantin di Pendopo Ageng, Boyolali.
Dijsebutkan, ada 2 juta pernikahan yang tercatat dan terlaporkan. Sedangkan kasus pernikahan dini usia 15-19 tahun sebanyak 20 per 1.000 kasus dari 68 ribu sampel keluarga yang diambil. Padahal, pernikahan dini turut andil menyumbang angka stunting.
“Dari 2 juta pernikahan yang dilaporkan ada 1,6 juta perempuan yang hamil pada tahun pertama. Dan angka stanting mencapai 400 ribu kasus. Karenanya kami galakan program-program pranikah tak hanya penyuluhan, namun, juga pemeriksaan kesehatan seperti usia, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan hemoglobin,” jelasnya.
Sedangkan Jawa Tengah mampu menekan kasus stanting sampai 20 persen. Terendah dibandingkan provinsi lainnya yang berkisar 23 persen ke atas. Termasuk Boyolali, angka stunting hanya 10 persen. Sehingga Jateng diproyeksikan menjadi percontohan nasional. Mengingat angka stunting nasional mecapai 27,76 persen dengan targer 2024 turun menjadi 14 persen.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhajir Effendy, melalui daring mengatakan membangunan keluarga tangguh menjadi prioritas nasional. Utamanya dalam menyiapkan generasi unggul, sehat jasmani dan rohani. Maka perlu intervensi langsung dari hulunya, yakni keluarga.
“Masalah urgent yang harus ditangani adalah stanting. Maka perlu pemberian pemahaman yang cukup pada calon pengantin, calon ibu dan ayah. Tak hanya memahami seluk beluk keabsahan perkawinan secara agama, tapi juga kesehatan reproduksi. Lalu juga ketahanan ekonomi keluarga, kesehatan lingkungan untuk menyiapkan rumah tangga yang mampu menjadi sumber pembangunan manusia,” katanya.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menambahkan menekan angka pernikahan dini dan stunting dilakukan dengan program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng. Tujuannya, memberikan edukasi untuk menekan angka pernikahan dini dan stanting. Intervensi juga dilakukan pada calon pengantin, baik dalam penampingan pemenuhan gizi maupun psikologis.
“Karena menikah diusia muda belum tentu siap secara mental,fisik dan finansial. Maka tiga bulan sebelum nikah harus diperiksa, apakah calon bayi ada potensi stunting tidak. Kalau ada akan kami intervensi. Karena di Jateng ada sekitar 500 ribu kehamilan tiap tahunnya dan masih ada yang bermasalah. Dengan intervensi ini diharapkan bisa mengurangi angka tersebut,”pungkasnya.