FOKUSJATENG.COM, KARANGANYAR – Bagi masyarakat Indonesia keris bukan hanya sebagai senjata tikam yang ampuh namun lebih dari itu, keris adalah hasil seni yang anggun dan indah dari sisi estetika.
Keris juga diyakini dapat menumbuhkan dan menambah keberanian hingga mampu memunculkan rasa percaya diri bagi pemiliknya. Terlepas dari hal tersebut diatas keris sudah diakui dunia merupakan produk warisan budaya dunia yang harus dilestarikan dan tumbuhkembangkan.
Hampir tokoh tokoh besar di Indonesia mengoleksi senjata tikam terampuh di Indonedia, antara lain Ir Soekarno, HM Soeharto , dan para tokoh elite militer Indonesia Dari Jendral Wiranto hingga Jendral Hendro Priyono. Salah satu tokoh politisi muda Karanganyar Ilyas akbar Almadani yang notabene adalah ketua partai golkar karanganyar juga tertarik mengoleksi keris bahkan dia langsung memesan langsung ke empu pembuat keris Basuki Teguh Yuwono. Selain sebagai pembuat keris Beliau juga pemilik musium keris brojobuono yang terletak di desa Wonosari Gondhangrejo Karanganyar.
Bangunan musium brojo buono bercorak arsitektur Jawa berdiri megah di dalam perkampungan yang jauh dari hiruk-pikuk keramaian.
Sepintas orang tidak akan menyangka didalam bangunan yang terletak di pelosok desa, tepatnya di Desa Wonosari, Gondangrejo, Karanganyar, berdiri sebuah Musium Keris bernama Brojobuono.
Selain menyimpan koleksi ratusan keris yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, musium milik empu Basuki Teguh Yuwono ini, komplek tersebut juga terdapat laboratorium pembuatan keris.
Lantaran kepiawaianya itulah membuat Ketua DPD Partai Golkar Karanganyar Ilyas Akbar Almadani menyambangi musium keris yang didirikan empu kelahiran 11 September 1976 ini.
Saat mengunjungi musium Brojobuono, ketua partai Golkar karanganyar yg juga pengusaha muda ini tak hanya melihat koleksi keris milik Basuki yang tersusun rapi di rak kaca.
Ilyas juga melihat langsung sebuah keris berukuran cukup besar yang bahannya diambilkan dari lahar gunung Merapi yang meletus hebat pada tahun 2010 lalu. Dimana keris itu diberi nama “Ki Naga Minulya”.
Usai melihat koleksi keris milik Basuki, Ilyas yang didampingi Wakil Ketua DPD Partai Golkar sekaligus Wakil Ketua Komisi C DPRD Karanganyar Suwarni melihat langsung Bengkel pembuatan keris yang di sebut Besalen.
Besalen itu sendiri merupakan sebuah tempat untuk menempa dan membuat keris.
Kain putih yang dikenakan menjadi tanda bahwa membuat keris harus diawali dengan niatan hati yang suci bersih.
Disini, Ilyas pun bertemu langsung dengan para pembuat keris. Para pembuat keris ini menggunakan pakaian putih layaknya empu yang hidup pada jaman lampau.
Kain putih yang dikenakan menjadi tanda bahwa membuat keris harus diawali dengan niatan hati yang suci bersih.
Sebagai tanda penghormatan, para empu ini pun membuatkan sebuah keris untuk Ilyas. Keris yang dibuatkan ini bernama Keris Amangkurat Mangkunegara.
Sebelum proses pembuatan Keris Amangkurat Mangkunegara, dilakukan terlebih dahulu ritual pembuatan keris yang pernah dilakukan para empu terdahulu.
Beragam sesaji digelar. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa. Setelah serangkaian prosesi dilakukan, barulah prosesi pembuatan dimulai.
Menandai pembuatan, Ilyas mendapatkan kehormatan menuangkan pasir besi yang dicampur dengan nikel dan dipanaskan kedalam tempat yang telah disiapkan.
Selanjutnya para empu itupun menerpa cairan panas yang sudah mengeras hingga menjadi satu bagian yang disebut pamor keris.
Usai melihat langsung pembuatan Keris Amangkurat Mangkunegara yang dihadiahkan pada dirinya, Ilyas mengatakan prosesi Babar di Malam 17 Januari 2022, Malam Purnama Ageng ini sebagai bentuk merawat dan melestarikan budaya leluhur.
“Jangan memandang keris sebagai sesuatu yang mengarah ke hal negatif dan memiliki unsur yang kurang baik. Pandanglah keris menjadi karya cipta adi luhung yang mampu menunjukkan tingkat peradaban,”papar Ilyas, Senin 17 Januari 2022 malam.
Menurut Ilyas memahami keris memang tidak dapat dilakukan hanya dengan memandangnya sebagai senjata, apalagi aspek mistis semata. Memahami keris adalah menyelami alam pikir masyarakat Jawa.
“Alam di mana fungsi, estetika, dan simbol – simbol akan nilai-nilai kehidupan ditempa menjadi satu,”ujar Ilyas. ( bre / ant )