R Mengaku Menerima Teror

kasus R

R: Pasca pemberitaan dugaan pelecehan seksual viral, membuatnya semakin terpukul. Kondisi itu ditambah teror yang dialaminya. (yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI- “Atiku keloro-loro banget (saya sangat sakit hati,red) kalau sampai kasusnya berhenti di sini. Apalagi saya baca rilis polda, sakit hati dan saya langsung down. Bapak saya juga langsung sakit. Saya hanya memikirkan anak saya, makanya saya gimana caranya bisa kabur dan selamat,” ungkap R, warga Boyolali yang menyatakan dirinya korban rudapaksa.
Pasca pemberitaan dugaan pelecehan seksual viral, membuatnya semakin terpukul. Kondisi itu ditambah teror yang dialaminya.
Menurut R, ada orang yang menggedor-gedor pintu rumahnya pada malam hari. Awalnya pintu depan, kemudian berpindah ke pintu belakang.
“Teror itu terjadi sampai Selasa (25/1) malam. Kami sekeluarga dan pembantu ketakutan,” katanya, Rabu (26/1/2022).
Untuk itulah, sehabis maghrib, dia langsung mengunci semua pintu rumah. “Karena mulai jam 21.00 pasti ada yang menggedor-gedor pintu dan mulai membuat kami takut. Tidak pernah kami buka pintu rumah. Kecuali kalau keluarga atau orang yang kami kenal menghubungi lewat telepon,” katanya.
R juga mengaku tidak mengenal GWS yang tiba-tiba datang kerumahnya. GWS menawarkan bantuan untuk membebaskan suaminya, S yang terjerat dugaan kasus perjudian di Polda Jateng.
Dia pun kemudian mengikuti seluruh instruksi GWS hingga Polres Boyolali.
Karena saat itu baru apel, niatnya kepolres diurungkan.
GWS pun kemudian membawa R masuk ke jalan Tol Solo-Semarang.
R yang sempat bertanya mengenai arah tujuan selanjutnya langsung dibantah oleh GWS.
R yang sudah curiga dengan gelagat GWS kemudian berusaha untuk melarikan diri dengan cara meloncat dari mobil setelah berada di Tol. Namun rencana R itu gagal. GWS lebih dulu menarik rambutnya dan menamparnya seraya mengancam.
“Nek ra meneng tak pateni neng kene !,” ucapnya menirukan kata GWS.
Setelah itu, lanjutnya, GWS menodongkan pisau kelehernya dan menyatakan jika pisaunya itu telah membunuh banyak orang.
R pun kemudian menurut dan mencoba meredam emosi GWS. R pun memohon agar dirinya tak dibunuh karena memiliki dua anak kecil. Hingga akhirnya kedua sampai di sebuah hotel dan terjadi hubungan suami isteri tersebut. “ Saya disitu hanya bisa pasrah. Dalam arti saya ingin masih hidup. Sing penting aku isoh urip,” lanjutnya disela isak tangisnya..
R pun tak kuasa menahan tangis saat mendengar dirinya yang malah memberikan keterangan palsu. Yang lebih menyedihkan lagi, akibat pemberitaan yang seakan menyerang balik dirinya sebagai korban membikin sakit jantung orang tuanya kambuh.
“Saya semakin sedih, Apalagi semua pertanyaan hanya fokus pada bukti CCTV di hotel. Polisi sama sekali tidak menyinggung tindakan kekerasan yang terjadi didalam mobil saat melintasi pintu tol. Mulai dari Polres Boyolali, ancaman saat diperjalanan hingga di Bandungan, Semarang,” ungkapnya.