FOKUS JATENG-BOYOLALI-Menteri Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono meninjau kawasan minapolitan yang merupakan pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan Kampung Lele, Desa Tegal Rejo, Sawit, Boyolali, Jawa Tengah, pada Kamis (26/1/2022).
Dalam kunjungan Sakti juga menengok langsung budidaya lele dan cacing sutra di Kampung Lele, Dukuh Mangkubumen, Tegalrejo, Sawit pada Kamis (27/1). Dia juga didampingi Bupati Boyolali, M. Said Hidayat dan Wakil Bupati, Wahyu Irawan serta Ketua DPRD Boyolali, Marsono.
Sakti Wahyu Trenggono mengatakan situasi pandemi covid-19 tidak hanya berfokus pada masalah kesehatan. Namun, juga ketahanan pangan. Baik kebutuhan karbohidrat, lemak maupun protein yang bisa didaparkan dari ikan. Dia mendorong peningkatan produksi lele. Sebab kebutuhan ikan nasional dan internasional cukup tinggi.
“Kawasan ini telah menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Boyolali, karena kegiatan di kampung lele didasarkan atas usaha agribisnis lele yang terpadu dimana dijalankan mulai dari hulu hingga hilir secara sistematis dan dinamis,” katanya.
Ia menjelaskan Kampung Lele ini mampu menghasilkan 600 ton ikan lele per bulan dengan jumlah kolam mencapai 2.000 kolam.
“Untuk pemasaran ikan lele hasil dari Kampung Lele mencapai wilayah Yogyakarta, Solo, Klaten, Boyolali, dan Salatiga,” urainya.
Tak hanya itu, ada sejumlah warga setempat yang mengolah ikan lele segar menjadi berbagai produk olahan unit industri milk kesatuan ibu rumah tangga (PKK) yang menghasilkan produk olahan ikan lele. Mulai dari abon, bakso, nuget, keripik dan aneka masakan lainnya. Dia juga mencicip hasil olahan warga Kampung Lele yang berpotensi di pasarkan hingga luar negeri. Dalam kunjungan ini, dia mendorong agar Pemda bersama pembudidaya mampu meningkatkan produksi lele.
“Saya datang ke kampung kelahiran saya di Boyolali. Saya ingin melihat budidaya perikanan sektor air tawar, yakni lele. Saya lihat cukup bagus, karena 1 kilogram (Kg) bisa Rp 3.700 /kg NET profitnya. Kalau nilai skalanya dinaikan, nanti ukuran kesejahteraannya bisa meningkat,” jelasnya.
Sementara itu, salah satu anggota kelompok pembudidaya di Kampung Lele, Eko menjelaskan ada dua kelompok budidaya lele dengan anggota lebih dari 100 orang. Kampung lele sudah memnatapkan diri sebagai sentra budidaya ikan air tawar ini. Ada dua ribu kolam budidaya di lahan seluas 25 hektar.
“Kami biasanya menabur benih untuk ukuran 6-7 sentimeter, dengan kebutuhan benir mencapai 200-300 ribu perharinya. Benih lele kami dapat dari 20 persen dari lokal Boyolali, sedangkan 80 persen lainnya kami masih ambil dari luar Boyolali.”