FOKUS JATENG-BOYOLALI –Di Daerah Boyolali, Jawa Tengah, ada sebuah kampung yang diyakini menjadi pemukiman tertua di Boyolali. Daerah itu bernama Watu Telenan, Letaknya berada di Kelurahan Pulisen, Kecamatan Boyolali Kota.
Warga sekitar menyebut nama kampung Watu Telenan berasal dari adanya sebongkah batu datar sekira 1,5 meter x 1,5 meter yang menyerupai batu tatakan untuk alas memotong sayuran atau daging.
Batu itu berada di pekarangan rumah almarhum H Makruf. Batu yang sebagian terpendam dalam tanah tersebut diketahui warga sudah ada sejak dulu kala. Ada yang menyebut batu itu peninggalan masa pra hindu sebagai tempat pemujaan roh para leluhur.
Ngalimul Mustofa (45) warga setempat mengaku tidak tahu menahu asal muasal batu tersebut. Sejak dia kecil, batu itu sudah berada di sana. Posisi batu sebagian terpendam dalam tanah dan tak pernah dipindahkan.
Warga lain, Gatot Sugeng Budianto (50) juga mengaku tidak tahu banyak sejarah batu tersebut. Sebab, sejak dirinya kecil, posisi batu sudah berada di sana. Hanya saja, saat itu posisi batu berada di dalam pekarangan H Ma’ruf.
Namun setelah pekarangan dibagi dan dibuat jalan tembus di kampung tersebut maka posisi batu pun berada di pinggir jalan. Pagar pekarangan dibuat model U, sehingga letak batu menjadi di luar pagar pekarangan.
Dan kawasan sekitar yang sebelumnya hutan seiring perkembangan zaman menjadi kawasan pemukiman penduduk. Kemudian menjadi perkampungan yang padat penduduk karena masuk kawasan Boyolali Kota. “Kampung itupun namanya sesuai julukan batu yaitu Watu Telenan. Entah siapa yang memberikan nama seperti itu,” katanya di Boyolali pada Kamis (10/2/2022).
Sementara Pegiat sejarah Boyolali, Surojo menduga, batu atau watu telenan tersebut rencananya untuk dibuat menjadi yoni raksasa. Namun pembuatannya tidak selesai. Hanya saja, penyebabnya belum diketahui secara pasti.
“Dari diskusi dengan arkeolog, belum diketahui penyebabnya sehingga pembuatan yoni raksasa itu belum jadi,”imbuhnya.
Apakah karena bencana erupsi Gunung Merapi atau ada kerusuhan atau sebab lainnya. “Yoni itu untuk pemujaan Dewa Syiwa. Kasusnya mirip pada Candi Lawang di Kecamatan Cepogo, ada bagian yang belum jadi,” kata Surojo, kalau memang pendapat itu benar, bisa jadi kawasan itu sudah ada yang menempati sejak dulu kala.
Ada dugaan lain, batu itu adalah dolmen pada masa pra Hindu. Yaitu meja batu besar yang berfungsi untuk pemujaan kepada roh leluhur. Biasanya ada kaki meja, kemungkinan masih terkubur dalam tanah.
“Untuk pembuktian, perlu dilakukan penggalian. Sebab dari BPCB dulu pernah ada penelitian, namun belum ada kesimpulan.”