Pangdam IV Diponegoro Mayjen TNI Rudianto : Ancaman Terbesar Indonesia Saat Ini Adalah Radikalisme

Pangdam IV Diponegoro Mayjen TNI Rudianto saat menyampaikan pembekalan dihadapan 288 santri Ponpes Al Huda, Candi Gatak, Cepogo, Boyolali pada Senin (14/2/2022) siang. (yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Hari ini (14/2) dua orang Terduga teroris tertangkap di Solo Raya, kata Pangdam IV Diponegoro Mayjen TNI Rudianto saat menyampaikan pembekalan dihadapan 288 santri Ponpes Al Huda, Candi Gatak, Cepogo, Boyolali pada Senin (14/2/2022).
Menurut Pangdam, hal itu mengingatkan bahwa ancaman terbesar Indonesia saat ini adalah radikalisme. Sehingga TNI/Polri merekatkan kembali silatuhami dengan para ulama, salah satunya Ponpes Al Huda. Lebih lanjut, dijelaskan wilayah Solo Raya termasuk zona merah radikalisme. Ada beberapa masyarakat yang terpapar paham tersebut. Gejala-gejala paparan juga terlihat. Sehingga upaya pencegahan ini dilakukan, diantaranya dengan melakukan pembekalan yang menyasar generasi muda dan lapisan masyarakat. Guna menguatkan barisan untuk membendung pergerakan radikalisme.
Rudi berpesan para santri hendaknya hati-hari dalam menggunakan ponsel. Mengingat gagasan ideologi ini dimasukan lewat ponsel dan disebar melalui medsos. Paham-paham radikal akan membuat stabilitas negara menjadi tidak aman.
Pangdam mengemukakan bahwa Indonesia akan mengalami bonus demografi pada 2030. Karena sebanyak 64 persen penduduk Indonesia akan memasuki usia produktif. Bahkan pada 2025 diprediksi masuk sebagai 5 negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Maka kekayaan dan potensi ini terancam dirongrong dengan menciptakan ketidakstabilan negara.
“Hendaknya anak-anak harus bisa memanfaatkan medsos sebaik-baiknya. Para penganut paham radikal itu masuk pelan-pelan lewat medsos, lalu mereka yang terpapar akan dikendalikan lewat ponsel. Itupun terjadi pada kasus pengeboman-pengeboman. Untuk itu kita tidak bisa sendirian,” tegasnya.
Sementara, Wakapolda Jateng, Brigjen Pol. Abiyoso Seno Aji, mengatakan upaya menangkal paham radikalisme dilakukan diantaranya dengan menjaga dan memperkuat silaturahmi pada tokoh agama. Dia juga menyampaikan ciri-ciri radikalisme yang tidak senang dengan kerukunan dan keamanan. Sehingga upaya penangkalan dilakukan untuk mencegah jangan sampai paham radikalisme menyusupi generasi muda.
“Karena paha radikalisme masuknya sangat soft atau halus sekali. Maka kalau sudah tersusupi kadang baru sadar saat akhir,” katanya
Selain itu Wakapolda membenarkan adanya penangkapan dua terduga terorisme di Sukoharjo dan Sragen, hanya saja, belum bisa menjelaskan secara detail. Namun, Abi mengatakan penangkapan tersebut terjadi saat dia dalam perjalanan ke Boyolali.