FOKUS JATENG-BOYOLALI-Tempat isolasi terpusat pasien COVID-19 tanpa gejala di Asrama Haji Donohudan (AHD) Ngemplak, Boyolali merawat 17 pasien yang berasal dari berbagai daerah. Diantaranya Solo, Boyolali hingga Jakarta dan Jepara.
Kendati sejauh ini belum ditemukan kasus omicron. Pasien yang dirawat harus rujukan dari puskesmas dan instansi kesehatan dari Kabupaten/Kota asal. Namun, hanya dua kriteria pasien yang ditangani di RSDC AHD Ngemplak.
“Kami tidak membedakan, semua varian didatangani baik omicron maupun tidak. Pasien yang kami tangani hanya pasien yang mengalami gejala sedang dan pasien yang bergejala ringan, namun, memiliki kormobid,” kata Koordinator Pelayanan Medis RSDC AHD, dr Rivan Danuaji, di Boyolali pada Kamis (17/2/2022) .
Adapun temuan kasus dengan CT Value diatas 30 maka sampel akan segera dikirim ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Jateng.
“Untuk jenis varian omicron belum dapat informasi detail. Terakhir kami kirim ke Balitbangkes dari Januari sampai awal Februari belum ada omicron.,” katanya.
Disebutkan perawatan dilakukan selama 10 hari dilanjutkan dengan swab PCR. Jika hasilnya masih positif covid-19 maka masa perawatan diperpanjang 14 hari sampai hasil swab negatif. Kemudian jika pasien mengalami pemburukan kondisi akan langsung di rujuk ke RS dr Moewardi, Solo. Tercatat sudah ada 6 pasien yang pernah dirujuk ke RS dr Moewardi. “Sejak dibuka 17 Agutus 2021, lebih dari 100 pasien pernah ditangani RSDC AHD. Kami juga mengatisipasi lonjakan kasus, kita siapkan semua. Karena jejaring kita dengan RS dr Moewardi, kita selalu komunikasi persiapan lonjakan. Untuk di RSDC oksigen aman, kita punya 5 ton central oksigen,” katanya.
Direktur RSDC AHD Ngemplak, Wahyu Setianingsih menambahkan telah menerima perintah untuk mengantisipasi lonjakan kasus varian omicron. Pihaknya mengimbau agar masyarakat tidak panik tapi tetap waspada. Selain itu, hanya pasien dengan gejala sedang dan ringan dengan kormobid saja yang mendapat perawatan.
Menurut Wahyu Setianingsih, pihaknya tetap diminta untuk mengantisipasi. Mengingat varian omicron lebih cepat menular dibandingkan delta. Namun, gejalanya tidak seberat delta. Sehingga yang tidak bergejala lebih baik isoman atau isoter ke lokasi yang disediakan di desa/kecamatan atau kabupaten/kota.
“Karena puskesmas juga membantu dalam penyaluran obat saat ada yang isoman,” katanya.
Adapun isoter AHD, Wahyu menjelaskan bahwa terjadi peleburan sejak akhir tahun lalu. Peleburan ini dilakukan karena angka paparan sempat melandai bahkan zero pasien. Sehingga sampai saat ini, isoter AHD juga belum diaktifkan. Pihaknya berharap masyarakat memanfaatkan dulu isoter di tingkat bawah. Ketika di kabupaten/kota tidak bisa menampung, maka isoter AHD di gedung Madinah akan dibuka, dengan kapasitas dapat menampung 400 – 500 pasien.