Harga Kedelai Naik, Minyak Goreng Langka, Produsen Tahu Boyolali Pasrah

Aktivitas produksi tahu di tempat Yulianto (yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Kenaikan harga kedelai berdampak besar bagi pengusaha tahu di Boyolali. Mereka bingung harus menstabilkan harga tahu meski harga bahan baku naik. Kebingungan mereka ditambah dengan kelangkaan minyak goreng kemasan, sementara harga minyak goreng curah masih terlalu tinggi di pasaran.
Yulianto (46) warga Siswodipuran Boyolali, memproduksi dua jenis tahu. Yakni tahu biasa dan tahu kempong, terpaksa harus mengurangi angka produksi.
“ Kalau biasanya satu kotak jadi 3, saya jadikan 4 potongan, tapi para pembeli juga banyak yang komplain,” katanya saat ditemui di rumah penggorengan tahu miliknya, pada Senin (21/2/2022).
Untuk mensiasati kenaikan harga minyak goreng ini, dia sempat memperkecil ukuran tahu gorengnya itu langsung mendapat komplen dari pelanggan.
Bahkan tak sedikit dari pelanggannya itu mengancam bakal berhenti berlangganan jika ukuran tahu goreng yang biasa disebut tahu kempong ini, terus-terus kecil.
Hal itu sempat membuatnya bingung, untuk produksi tahu kempong, memerlukan proses penggorengan tahu, sementara harga minyak goreng curah masih tinggi. Hingga akhirnya, pengurangan produksi tersebut juga jadi solusi agar dirinya tak terlalu banyak menggunakan minyak goreng.
Imbasnya jelas, keuntungan bersih yang dia peroleh berkurang banyak. Dari Rp 25 ribu per Ember besar yang berisi 300 potong tahu menjadi Rp 15 ribu.
Keuntungan itu diperoleh dari harga jual tahu kempong Rp 600 per buah.
“ Sehari bisa menghabiskan 34 liter minyak goreng. Saya masih beruntung bisa mendapatkan minyak goreng seharga Rp 14 ribu,” tambahnya.
Tak hanya masalah minyak goreng saja, kenaikan harga kedelai juga tak menutup kemungkinan, produsen tahu juga bakal menaikkan harga tahunya.
”Kami pengusaha kecil hanya bisa pasrah dengan kondisi seperti ini. Harga kedelai dan minyak goreng mahal. Kami bingung harus bertahan dengan cara bagaimana lagi. Sementara kami memiliki tenaga yang masih harus dibayar,” kata Yulianto.
Dia hanya berharap agar pemerintah bisa segera menstabilkan harga kedelai dan minyak goreng. Sehingga, dirinya bisa memaksimalkan produksi seperti sedia kala.