FOKUS JATENG-BOYOLALI-Umat Hindu Desa Ngaru- aru, Kecamatan Banyudono, Boyolali terlihat sibuk membuat ogoh-ogoh. Kegiatan ini menandai akan datangnya Hari Raya Nyepi pada Kamis (3/3/2022) mendatang atau Tahun Baru Saka 1944.
“Kami sudah mengerjakan sejak Januari kemarin,” ujar Ketua PHDI Desa Ngaru- aru, Heru Kuncoro, Jumat (25/2/2022).
Pembuatan ogoh-ogoh di pura Bhuana Suci Saraswati dilakukan pada malam hari. “Hal itu dikarenakan para pemuda punya banyak waktu lenggang di malam hari, siangnya mereka sibuk kerja atau sekolah,”imbuhnya
Ogoh- ogoh tersebut dibuat setinggi 4,5 meter. Ogoh- ogoh rencananya akan dikirabkan pada saat Mecaru pada Selasa (2/3) sore yang menjadi rangkaian Hari Raya Nyepi. Usai kirab, ogoh- ogoh akan dibakar di depan Pura Bhuana Suci Saraswati desa setempat. Pembuatan ogoh- ogoh menghabiskan dana Rp 6 juta. Dana diperoleh dari sumbangan Umat Hindu maupun iuran saat kegiatan arisan.
Menurut Heru, ogoh-ogoh memang memiliki bentuk dan kerumitan yang beragam. Terlebih, dalam pembuatannya memiliki pesan yang terkandung. Sehingga. ogoh-ogoh menjadi luapan ekspresi bagi para pemuda atas berbagai hal yang ada.
“Kalau diizinkan oleh Satgas Covid-19, maka kirab akan mencakup sejumlah kampung. Namun kalau tidak, ya hanya sekitar pura saja,” katanya.
Kirab juga diikuti barisan obor. Kemudian di belakangnya, terdapat barisan musik tradisional atau kentongan. “Kami ambil musik tradisional seperti kentongan. Kalau tidak ya bisa kelompok reog,”imbuhnya.
Dibakarnya ogoh- ogoh sebagai simbol pemusnahan butakala. Selain simbol kejahatan, ogoh-ogoh yang dibakar merupakan kekuatan alam yang misterius. Alam yang sebenarnya bersahabat bisa berubah menjadi malapetaka bagi manusia. Ogoh-ogoh berbentuk seperti boneka besar atau patung dengan bentuk yang menyeramkan. Bhuta Kala merupakan sosok yang mengganggu ketentraman dan kedamaian manusia yang ada di muka bumi. Sebab itu saat perayaannya, dibutuhkan tradisi dalam bentuk boneka Ogoh-Ogoh untuk diarak lalu dibakar.
Kekuatan jahat ini bukan hanya terlihat dari fisik yang menyeramkan, tapi juga sifat buruk dan kejahatan. Pembakaran ini dilakukan guna menghilangkan sisi negatif dari Bhuta Kala tersebut.
“Dengan adanya upacara- upacara ini, diharapkan alam kembali damai, harmonis. Dan termasuk Covid-19 bisa segera sirna agar kehidupan kembali damai.”
Adapun Nyepi bakal diawali dengan Mendhak Tirta besok pagi bertempat di Umbul Siti Inggil, Desa Bendan, Kecamatan Banyudono. Namun mengingat masih masa pandemi Covid-19, maka kirab atau arak- arakan ditiadakan.
“Belum diizinkan adanya kirab atau arak- arakan oleh Satgas Covid-19 Desa Ngaru- aru maupun Satgas tingkat Kecamatan Banyudono,” ujarnya
Ditambahkan, jumlah umat Hindu di Banyudono saat ini berkisar 200 orang. Mereka tersebar di tiga desa yaitu, Ngaru- aru, Jembungan dan Ketaon. “Namun paling banyak berada di Desa Ngaru- aru.”