FOKUS JATENG- BOYOLALI-Kenaikan harga cabai yang cukup signifikan dipasaran, ternyata tidak sepenuhnya bisa dinikmati para petani. Sejumlah petani di Boyolali mengaku tanaman cabai banyak yang membusuk, dan rontok sebelum dipanen.
Salah satu petani cabai di Kecamatan Sambi, Boyolali, Ngadimin, mengaku tingginya curah hujan membuat tanaman cabai miliknya membusuk dan rontok sebelum dipanen.
“ Awalnya beberapa daun rontok. Tapi lama kelamaan cabainya juga rontok. Padahal masih ijo-ijo (berwana hijau),” jelasnya, Senin (7/3/2022).
Kondisi tersebut, Ngadimin lebih memilih membiarkan tanaman cabai yang membusuk dan rontok di lahan miliknya. Akibat tingginya curah hujan ini, Ngadimin hanya dapat memanen sekitar 25 kilogram saja. Kondisi cabai yang dipanen itupun kurang bagus, sehingga harganya jauh dari yang diharapkan.
“Padahal biasanya sekali panen bisa 40 kilo gram, dan bisa sampai 7 kali panen. Tapi ini 2 kali panen sudah habis karena rontok dan mati,” katanya.
Sementara, minimnya pasokan dari petani disinyalir membikin salah satu komoditas tersebut merangkak naik sejak sepekan ini.
Kenaikan harga cabai cukup signifikan, yang mencapai 100-300 persen dari harga semula. Informasi dihimpun di tingkat pedagang menyebutkan, harga cabai rawit mengalami kenaikan paling tinggi. Cabai rawit yang semula Rp 15 ribu per kilogramnya, saat ini menjadi Rp 50 ribu per kilogramnya.
Bahkan saat ini, harga cabai di pasaran Boyolali berkisar Rp 60-70 ribu, bahkan ada yang menjual hingga Rp 80-90 ribu.
“ Sekilogram per hari ini, mencapai Rp 60-70 ribu,” kata, Heri Widiyanto salah satu pedagang.
Dia menambahkan kenaikan harga cabai ini terjadi sejak sepekan ini. Salah satu penyebabnya adalah harga dari pengepul cabai dari petani sudah tinggi. Pasokan dari petani semakin menipis, tapi permintaan tetap besar menjadikan kenaikah harga tak bisa dihindarkan.
Kata Petani Soal Naiknya Harga Cabai

ilustrasi petani cabai (yulianto/Fokusjateng.com)