FOKUS JATENG-BOYOLALI- Kelangkaan minyak goreng murah masih saja terjadi. Hingga kini, masih banyak warga yang harus antre antara 30 menit hingga satu jam hanya untuk bisa mendapatkan minyak goreng kemasan murah.
Antrean warga saat membeli minyak goreng kemasan ini, menunjukkan seolah-olah warga sudah tidak takut lagi berkerumun di tengah kondisi pandemi Covid-19.
Antrian pembeli ini hampir terjadi tiap pagi, seperti di Desa Pelem Simo ataupun Desa Jelok, Cepogo. Antrian di Simo mencapai ratusan orang tiap harinya. Mengingat jatah minyak goreng yang didapatkan toko modern tersebut cukup banyak. Sedangkan di Jelok, Cepogo, jatah penjualan migor subsidi hanya satu karton atau enam kemasan berisi dua literan.
Pemilik toko modern di Desa Pelem, Simo, Desi Ariyanto, mengatakan antrean minyak goreng subsidi ini telah terjadi sejak satu setengah bulan terakhir. Namun, karena jumlah minyak goreng subsidi yang didapat terbatas, maka penjualan dibatasi, yakni dengan membuat dua sistem belanja migor. Pertama masyarakat bisa membeli minyak goreng tanpa syarat belanja asalkan mau mengantri secara tertib. Kloter pertama ini dibuka setiap hari. Sedangkan kloter kedua, dibuka siang hari bagi pembeli yang ogah mengantre. Namun, pembeli dikenakan syarat pembelian produk lain dengan minimal belanja Rp 25 ribu. Dalam sehari dia bisa menjual hingga 50 karton minyak goreng atau 600 kemasan ukuran satu liter.
“Kami jual tetap sesuai stok yang ada. Pembeli juga kami batasi. Satu orang hanya bisa dapat satu liter. Karena pasokan dari distributor masih belum bisa memenuhi yang kita minta. Kadang datangnya tidak terjadwal. Kadang jika kita kebutuhannya satu karton, paling yang datang 50-80 persen. Ini untuk minyak kemasan premium,” ujarnya pada Senin (7/3/2022).
Pembeli minyak goreng subsidi asal Simo, Sri Mulyati, mengaku harus mengantri selama tiga puluh menit tiap harinya. Dia mengaku kesulitan mendapat minyak goreng. Apalagi dia juga berjualan gorengan. “Saya beli minyak 1 liter karena jatahnya cuma itu. Kondisi minyak goreng ini ya sangat susah. Apalagi buat saya yang jualan gorengan susah banget. Setiap hari cari minyak harus begini. Harapannya harga minyak cepat cepat stabil seperti semula,” katanya.
Senada, di Desa Jelok, Cepogo, setiap pagi pembeli harus mengantri dan berebut enam kemasan migor subsidi ukuran 2 literan. Padahal antrian bisa mencapai belasan orang. Selain itu, pembeli juga diwajibkan membeli produk lain yang harganya hampir sama dengan minyak goreng.
“Tiap hari harus antre 30 menit sebelum toko buka. kalau beli minyak goreng juga harus beli produk lainnya dan itu ditentukan sama toko. Saya harap ada solusi dari pemerintah, apa ya harus seperti ini terus,” ujarnya.