FOKUS JATENG-SOLO– Pusat Studi Pengamalan Pancasila (PSPP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta kembali menggelar acara Webinar Nasional dalam rangka Dies Natalis ke-46 bertema “Pancasila dan Kepemimpinan” (Kamis, 17/03/2022). Webinar Nasional yang bertema “Pancasila dan Kepemimpinan” menghadirkan narasumber Drs. Juliyatmono, MM. (Bupati Karanganyar), Aris Heru Utomo, SH, M.Si (Direktur Pengkajian Materi Pembinaan Pancasila BPIP), Dr. Dedi Kurnia Syah (Direktur Indonesian Political Opinion) dan Prof. Dr. rer.nat. Sajidan, M.Si. (Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan, Bisnis, dan Informasi UNS Surakarta) dengan Moderator Dr. Bramastia, M.Pd selaku Dosen Magister Pendidikan Sains FKIP UNS Surakarta.
Dalam pembukaan Webinar Nasional acara “Pancasila dan Kepemimpinan”, Prof. Dr. Leo Agung S, M.Pd selaku Kepala Pusat Studi Pengamalan Pancasila (PSPP) UNS menyampaikan keberadaan UNS Sebagai Benteng dan Pelopor Pancasaila, sehingga yang namanya kepemimpinan Pancasila sangat penting. Sebaliknya, Keynote Speaker Rektor UNS yang diwakili Wakil Rektor III Bidang Inovasi dan Riset UNS Surakarta, Prof Dr Kuncoro Diharjo, ST, MT menyampaikan tentang kepemimpinan Pancasila sebagai bentuk kepemimpinan yang mengacu kepada sila-sila Pancasila (berjiwa Pancasila). Bahkan, kepemimpinan Pancasila ini juga memiliki korelasi dengan Kepemimpinan Asta Brata dalam kepemimpinan Jawa, sebuah kepemimpinan seorang raja untuk menghadapi rakyatnya dengan 8 jalan kebijaksanaan/laku/watak. Namun demikian, Asta Brata bukan hanya berlaku bagi para pemimpin saja, tetapi bagi setiap manusia hendaknya bisa mengamalkannya,” terang Prof Dr Kuncoro Diharjo, ST, MT.
Selanjutnya, narasumber yang pertama Drs Juliyatmono, MM selaku Bupati Karanganyar menyampaikan bahwa perlunya koreksi Bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam menjalankan Pancasila secara murni dan konsekuen. Dalam rangka kepemimpinan Pancasila, Bupati Karanganyar sepakat perlunya musyawarah mufakat atau rembugan bersama dalam menerapkan nilai-nilai maupun kepemimpinan Pancasila. Sehingga dalam menerima kepemimpinan Pancasila tersebut disambut dengan gembira ria,” kata Bupati Karanganyar
*Memihak Kepentingan Rakyat*
Di sisi lain, Aris Heru Utomo, SH, M.Si selaku Direktur Pengkajian Materi Pembinaan Pancasila BPIP menyampaikan bahwa pemimpin berwawasan Pancasila mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya. Dalam hal ini, upaya BPIP dalam membangun kepemimpinan Pancasila diantaranya: Mengembalikan Pancasila ke ruang publik dan bangku Pendidikan formal, non formal dan informal, Mendorong peningkatkan pemahaman nilai-nilai Pancasila di kalangan aparatur negara; Penyiapan Materi Standar Pembinaan Ideologi Pancasila bagi Kepala Daerah; Melakukan penguatan regulasi dan advokasi penyusunan regulasi yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila; Mendorong aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa melalui keteladanan; Mendorong kepemimpinan berbasis kearifan lokal,” terang Aris Heru Utomo, SH, M.Si selaku Direktur Pengkajian Materi Pembinaan Pancasila BPIP.
Selanjutnya Dr. Dedi Kurnia Syah selaku Direktur Indonesian Political Opinion mengatakan bahwa Pancasila merupakan titik temu dari beragam persimpangan. Pancasila menjadi dasar filsafat kebangsaan, ia menuntun manusia-bangsa ke arah kemajuan kolektif, menyandarkan kebersamaan (communitarianisme) hak hidup di atas kepentingan golongan (sectarianisme) Kepemimpinan bercorak pancasilais, harus berdiri pada posisi yang tegas, memihak pada mayoritas kepentingan rakyat (subordinat class). Bukan pada kepentingan elitis (ruling class),” terang Direktur Indonesian Political Opinion.
Bahkan, mengatasi persoalan kebangsaan ini, perlu kembali membudayakan P4 dengan pola modern, antara lain: (1) Kurikulum sekolah perlu mata ajar budi pekerti berisikan penghayatan dan pengamalan pancasila; (2) Kurikulum Universitas perlu ada mata kuliah filsafat pancasila; (3) Di masyarakat melalui pemimpin informal, dan pemimpin formal perlu diberikan pematangan jiwa Pancasila,” papar Dr. Dedi Kurnia Syah.
Terakhir, Prof. Dr. rer.nat. Sajidan, M.Si. selaku Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan, Bisnis, dan Informasi UNS Surakarta menyampaikan bahwa paradigma kepemimpinan sesungguhnya bertumpu pada ciri-ciri modern, asas integralistik, kekeluargaan, persatuan dan kesatuan serta asas selaras, serasi dan seimbang. Dalam hal berciri modern atau berfikir modern tercermin pada 3 hal pokok, yaitu Berorientasi jauh ke depan (visionery), Berorientasi pola pikir ilmiah (Objective), Berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas (high productivity). Sedangkan Pancasila dan Kepemimpinan yang berciri modern dijiwai oleh 4 asas, yaitu Asas kebersamaan atau integralistik (Collaborative Leadership), Asas kekeluargaan dan gotong royong, Asas persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan dan Asas selaras, serasi dan seimbang,” papar Prof. Dr. rer.nat. Sajidan, M.Si. selaku Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan, Bisnis, dan Informasi UNS Surakarta