Penjualan Bunga Tabur Di Pasar Boyolali Masih Sepi

Pembeli kembang setaman ruwahan di Pasar Boyolali menurun. Bahkan mencapai 50 persen lebih. (yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI- Jelang akhir bulan Ruwah, penjualan bunga tabur di Pasar Boyolali masih sepi. Kendati demikian harga bunga tabur mengalami kenaikan hingga 150 persen. Senin,(21/3/2022).
Penjual kembang di Pasar Boyolali Kota asal Karangkendal, Tamansari, Supinah mengatakan belum ada kenaikan yang signifikan meski sudah mendekati akhir bulan Ruwah. Hanya sebagian kecil saja orang yang membeli bunga. Kendati demikian, kata Supinah, harga bunga tabur mulai mengalami kenaikan meski tak semahal dua tahun lalu. Terutama saat prepegan atau ruwah. Disebutkan harga satu ceting bunga tabur saat ini dikisaran Rp 20 ribu, dan satu rinjing seharga Rp 100- Rp 150 ribu.
“Masih sepi, belum banyak pembeli, padahal ini termasuk lebih murah daripada dua tahun lalu. Saat ini, kalau normal, satu rinjing paling Rp 50 ribu. Sekarang sudah tembus Rp 100 ribu. Ini masih akan naik lagi, terutama 20 ruwah, Rabu (23/3). Karena bulan Ruwah biasa digunakan untuk menyekar. Harganya mahal karena itu,” kata Supinah.
Supinah menjual sesuai pesanan pembeli. Mulai dari kembang setaman, liman, piton, songo dan komplitan. Isinya campuran kembang mawar, kenanga, melati, kantil kuning, kantil putih juga cempaka mulyo. Supinah membenarkan, pembeli kembang setaman ruwahan kali ini menurun. Bahkan mencapai 50 persen lebih. Ditambah lagi, kegiatan sadranan dibatasi. Padahal mayoritas pembeli berasal dari Cepogo hingga Selo.
Penurunan pembeli ini terjadi karena faktor pandemi. Sehingga pembeli tidak seramai dulu. Supinah mengaku hanya mampu menjual 4-5 rinjing bunga. Itupun harus dijual dari pagi sampai petang. “Kalau dulu sebelum pandemi, sepanjang trotoar ini penuh. Sekarang sepi. Itupun masih ditawar sampai murah banget. Saya sudah 35 tahun jualan bunga tabur, kali ini termasuk sepi. Mungkin faktor ekonomi juga,” kata Supinah.
Penjual bunga tabur asal Pusung, Boyolali Kota, Sumiyem menambahkan dia mengambil bunga dari petani Tamansari dan Musuk. Satu rinjing bunga dibeli dengan harga Rp 60 ribu. Ada kenaikan sekitar Rp 20 -Rp 30 ribu/rinjingnya. Bunga tabur itu dijual lagi seharga Rp 100 ribu/rinjing.
“Faktor ruwahan, jadi harga kembang mahal. Saya jualan mulai 15 ruwah kemarin. Karena mendekati akhir bulan Ruwah pasti ramai pembeli. Tapi tahun ini memang gak seramai dulu,” ungkap penjual bunga di Pasar Boyolali Kota ini.
Sumiyem mengaku tak selalu bunganya habis terjual. Dari 5-6 rinjing yang dibawa, paling hanya 3 rinjing yang terjual. Sisanya akan dijual esok harinya. Bunga yang layu akan dirontokan dan dijual dengan harga yang lebih murah. Harga kembang tabur rontokan berkisar Rp 10 -Rp 20 ribu, tergantung pembeli.