Ini 12 Fakta Unik Waldjinah dan Batik yang Jarang Diketahui Orang. Kalian WajibTahu!

Waldjinah saat potong tumpeng menandai rilis film pendek: Irama Batik Ratu Kembang Katjang. (foto; Istimewa) (Didik Kartika/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG – SOLO –Maestro keroncong Waldjinah asal Solo identik dengan seniman keroncong yang selalu mengangkat tradisi batik dan kebaya di Indonesia.
Tidak banyak yang mengetahui bila Waldjinah memiliki relasi yang mendalam dengan kain batik. Hal itu tercermin dari beberapa koleksi batiknya yang sudah ratusan tahun dan ikut menemani saat Waldjinah berkarier sebagai seniman keroncong paling terkenal di Indonesia.
Inilah 12 fakta menarik Waldjinah dengan kain batik, yang berhasil dieksplore secara mendalam bersama Maleopict Production House yang turut menggarap film pendek Irama Batik Ratu Kembang Katjang:
Berkarir sejak usia 12 tahun, pada tahun 1958 Waldjinah memberanikan diri mengikuti kontes Bintang Radio RRI. Sejak dari itu Waldjinah memakai kain batik. Dan masih tersimpan rapi hingga sekarang meskipun sudah ada bagian yang robek karena termakan usia.
Motif Kembang Kacang menjadi motif favorit Waldjinah. Pada kejuaraan menyanyi pertama yang diikuti oleh Waldjinah ini ia menjadi juara pertama dan mendapat julukan sebagai Ratu Kembang Kacang. Nama Batik Kembang Kacang sebagai penanda awal karirnya menuju penyanyi keroncong profesional.
Ada kisah menarik dibalik batik kembang kacangini. Berasal dari keluarga pembatik, saat mengikuti festival kejuaraan Bintang Radio tersebut, Waldjinah diberi kain batik motif sandang pangan oleh saudaranya. Batik tersebut dibuat oleh keluarga jauh sebelum Waldjinah mengikuti kejuaraan. Kain batik berusia hampir 100 tahun ini memiliki kisah yang begitu dalam bagi Sang Maestro Keroncong. Hingga saatini, Waldjinah masih menyimpan pola-pola batik peninggalan dari ibunya, mbakyu-nya (kakak perempuan) dan kang mas nya (kakak laki-laki).
Kain batik terus dikenakan Waldjinah hingga saat ini. Bahkan setiap tahun, sebagai penghargaan untuk sang Maestro, setiap 17 Agustus Waldjinah mendapat undangan untuk ikut upacara di Istana Negara, ia tetap mengenakan kebayadan kain batik.
Selain motif Kembang Kacang, Waldjinah terus mengenakan batik-batik tulis buatan keluarganya dalam berbagai kesempatan. Seperti motif Kembang Kantil yang dikenakan oleh Waldjinah saat mendapatkan penghargaan sebagai Ratu Keroncong Indonesia dari Presiden Pertama RI Ir Soekarno pada tahun 1965. “Kain batik tulis motif Kembang Kantil merupakan lambang cinta manusia kepada Tuhan dan kepada sesama,” tutur Waldjinah.
Saat mengikuti kejuaraan keroncong, Waldjinah dalam kondisi hamil dan mendapatkan nama dari Presiden Soekarno untuk sang anak, Bintang. “Tidak hanya Presiden Soekarno, waktu Wali Kota Joko Widodo kami mendeklarasikan Solo sebagai Kota Keroncong bersama alm. Pak Gesang,” ungkap Waldjinah.
“Kain batik yang dibuat oleh kakak saya pertama kali dikenakan ketika menyanyi di Istana Negara pada saat upacara peringatan Kemerdekaan 17 Agustus,” jelas Waldjinah.
Setelah itu pada setiap upacara peringatan kemerdekaan Waldjinah selalu mengenakan batik motif Gurdo, antara lain : Motif Bima Kurda yang dikenakan Waldjinah saat memenangkan lomba Bintang Radio. Bima memiliki makna hebat dan kuat, sedangkan kurda atau garuda merupakan lambang negara Indonesia. Kemudian motif KurdaTruntum dan Gurdo Ageng, Motif Garuda latar Truntum dan Kurda Ageng.
Motif Payung merupakan motif akulturasi budaya Jepang yang menggambarkan keelokan dan pengayom. Polanya adalah peninggalan keluarga Waldjinah yang dibuat tahun 1950 an. Motif langka dan ekslusif ini diwujudkan menjadi kain batik yang indah, detail dan cantik dengan warna alam sogan.
Motif Ikan Koi juga pola peninggalan keluarga Waldjinah. Dibuat pada 1 September 1958. Motif Ikan Koi adalah akulturasi budaya Jepang yang memiliki pesan pembawa keberuntungan untuk pemiliknya. “Nama-nama batik ini saya ambil berdasarkan kecintaan pada Negara tercinta,” katanya.
Dengan memakai kain yang dikenakan hingga di luar negeri, Waldjinah mengungkapkan pernah mengalami pengalaman unik. “Orang luar negeri yang bertemu selalu menyebut saya Indonesia, walau tidak tahu nama saya. Terus saya berpikir kalau mereka mengenal orang Indonesia dari batik jadi sampai sekarang saya pakai kain,” kenangnya.
Selama berkarir Waldjinah telah menyanyikan 1600 judul lagu. Selama itu pula Waldjinah selalu mengenakan batik sebagai identitas busana Indonesia.
Terdapat kurang lebih 500 motif batik yang sudah menemani perjalanan karir Waldjinah. Seluruh kain batik tersebut kini terawat baik di Galeri Walang Kekek. “Pesan saya untuk generasi muda jangan melupakan batik dan sejarah menyanyi keroncong. Karena batik dan keroncong itu kepunyaan kita sendiri, harus di uri-uri,” pesan Waldjinah.
Dalam rilisnya, selain mengungkapkan fakta-fakta unikWaldjinah dan kain batik, Maleopict Production House merilis film pendek tentang Waldjinah ini diadakan di Galeri Batik Walang Kekek, yang beralamat di Jalan Parang Cantel No 31 Mangkuyudan, Surakarta.