FOKUS JATENG-BOYOLALI-
Jelang puasa, sejumlah wisata air mulai diserbu pengunjung. Mereka menceburkan diri ke dalam air sebagai ungkapan suka cita menyambut datangnya bulan suci. Tidak hanya di Boyolali, tradisi padusan jelang puasa ini memang menjadi momen tahunan bagi masyarakat Jawa.
Menurut pegiat budaya, Kusworo, bahwa dalam masyarakat Jawa, tradisi padusan merupakan tradisi warisan dari para leluhur yang pada awalnya dilakukan dengan cara kum-kum (berendam) seorang diri di tempat yang sunyi untuk memohon ampunan dan introspeksi diri.
“Pada perkembangannya bisa juga dimaknai sebagai upaya pembersihan lahir dan bathin sebelum memasuki bulan suci,” kata Kusworo di Boyolali pada Jumat 01 April 2022.
Selain itu juga tidak dilakukan seorang diri lagi, menurut Kusworo, akan lebih menyenangkan jika dilakukan dengan secara beramai-ramai.
“Ya, tidak harus di tempat wisata, padusan bisa juga di kolam renang atau sungai hingga kamar mandi,” imbuhnya.
Sementara pantauan di Umbul Sungsang, Pengging. Banyudono, dipadati ratusan pengunjung yang menyemut. Masyarakat tampak berenang dan bersantai di sekitar lokasi.
Diwawancarai terpisah, pengelola Umbul Sungsang, Timbul menyebut pengunjung yang hendak padusan cukup ramai. Ada tiga kolam untuk padusan. Ada sekitar 500-600 pengunjung. Peningkatan kunjungan ini baru terlihat selepas Jumatan. Mendekati senja, pengunjung semakin meningkat, mereka tidak hanya berendam dalam air. Namun, juga bersantai di sekitar aliran Umbul Sungsang.
“Jumlahnya meningkat drastis setelah Jumatan. Sebelumnya ya sepi. Tapi padusan kali ini tidak seramai, sebelum pandemi. Kalau ini paling 600 an pengunjungnya,” papar Timbul.
Senada, pengelola Umbul Tirtomarto Pengging, Wardoyo mengatakan jika sebelum pandemi pengunjung bisa mencapai 1.000 orang, kali ini hanya berkisar 500 orang. Namun, dia bersyukur. Pelonggaran pada padusan tahun ini menjadi penawar setelah 2 tahun tutup.
Wardoyo menyebut ada tiga umbul yang digunakan untuk padusan yang ia kelola.
“Ini harusnya puncak padusan. Masih jauh dibanding sebelum pandemi. Ditambah tidak boleh ada hiburan. Bisa jadi sepinya itu karena masyarakat masih takut dengan covid-19. Jadi padusan tidak senyaman dulu,” katanya.