Petani Siasati Sulitnya Mencari Tenaga Kerja Pertanian

FOKUS JATENG-BOYOLALI- Generasi sekarang ini tidak banyak yang tertarik untuk menggeluti bidang pertanian sehingga diperlukan solusi berupa modernisasi pertanian. Langkanya tenaga kerja pertanian berimbas pada mahalnya ongkos yang harus dibayar saat musim panen dan musim tanam. Namun kali ini, bisa disiasati dengan penggunaan mesin pemanen padi (rice harvester) dan mesin penanam padi (rice transplater).
“Saya percaya pemanfaatan teknologi ini, akan banyak membantu petani dalam banyak hal,” ujar Suyono (59) salah satu petani di Desa Canden Kecamatan Sambi.
Menurut Suyono pemanfaatan mesin pertanian lebih efisien dibandingkan secara konvensional. Sehingga tak heran jika para petani di daerahnya mulai beralih menggunakan teknologi pertanian. Hal itu sekaligus untuk mengatasi kelangkaan pekerja di bidang pertanian.
Suyono yang baru saja panen padi ini menyatakan cukup terbantu dengan keberadaan mesin pemotong padi ini. Proses panen padi jadi lebih cepat dan lebih ekonomis.
“Satu pathok sawah bisa dipanen dalam waktu kurang dari 1 jam,” kata Suyono.
Dijelaskan, selain memangkas waktu, biaya yang dikeluarkan juga lebih murah dibanding dengan cara konvensional. Suyono mengaku hanya cukup mengeluarkan uang sebesar Rp 800 ribu untuk memanen satu pathok sawah atau sekitar 2.500 meter persegi sampai 3 000 meter persegi.
Harga itu sudah termasuk tiga orang pekerja yang mengoperasikan mesin tersebut. “Kalau dipanen dengan cara lama, butuh sedikitnya 12-15 pekerja. Ongkus untuk masing-masing pekerja ya sebesar Rp 100.000,” imbuh petani asal Desa Canden itu.
Jika dipanen dengan cara konvensional, lanjut Suyono, setidaknya membutuhkan waktu sehari untuk bisa menyelesaikan pemanenan. Belum lagi biaya untuk konsumsi para pekerja dan biaya perontok padi yang telah di panen.
“Dengan mesin ini, keluar dari sawah sudah berwujud gabah bersih,” ujarnya
Wiyono petani lainnya mengaku saat ini cukup sulit untuk mencari tenaga kerja pertanian.
Tak adanya regenerasi buruh tani menjadikan, petani kesulitan mencari tenaga kerja. “ Banyak masyarakat tidak mau lagi kerja di sawah. Banyak yang ke pabrik-pabrik atau kerja di sektor lain,” ujarnya.
Wiyono menyebut cukup terbantu dengan dengan adanya perkembangan teknologi di sektor pertanian.
Sebab tak hanya pada saat panen saja, teknologi pertanian sudah ada mulai untuk tanam hingga panen. “ Tenaga untuk pemanenan dan tanam saat ini cukup sulit mencarinya. Kalaupun dapat harus antri.”