Ada Empat Bahan Pokok Yang Mengalami Defisit di Boyolali

Rapat Koordinasi Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Kabupaten Boyolali dalam rangka persiapan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1443 H di Pendopo Ageng Pemkab Boyolali. (yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Tim pengendali inflasi daerah (TPID) diminta meningkatkan pantauan harga pangan hingga pasca lebaran. Mengingat ada empat bahan pangan yang mengalami defisit. Bahkan ada tiga barang yang tidak ada stoknya sama sekali.
Hasil pemantauan harga melalui TPID sejak 12-14 April, menyebut ada empat bahan pokok yang mengalami defisit. Seperti kedelai yang menjadi bahan baku utama tahu tempe, kemudian bawang putih, gula pasir dan minyak goreng. Sebab Boyolali tidak memiliki stok pada bahan-bahan pangan tersebut.
Sesuai data per minggu ke empat April, Boyolali hanya memiliki stok komoditas kedelai 553 ton. Sedangkan kebutuhan konsumsi mencapai 6.683 ton. Sehingga terjadi defisit hingga 6.160 ton. Kemudian Boyolali tidak memiliki stok bawang putih tidak sama sekali. Padahal kebutuhan konsumsi masyarakat mencapai 336 ton. Serupa, gula pasir juga tidak memiliki stok sedangkan kebutuhan mencapai 2.248 ton.
Selanjutnya kebutuhan minyak goreng mencapai 3.015 ton. Sedangkan Boyolali tidak memiliki stok di gudang. Adapun kebutuhan tepung terigu dinilai tidak menjadi kebutuhan utama masyarakat.
“Memang ada empat bahan pangan yang mengalami defisit (kekurangan,red). Karena ketersediaan bahan pangan tersebut bergantung pada pasokan daerah lain. Namun, dipastikan masih aman dan terjangkau untuk masyarakat,” kata Asisten II Sekda Boyolali, Insan Adi Asmono dalam rapat kordinasi forkompinda Boyolali jelang lebaran, di Pendopo Ageng Pemkab Boyolali pada Jumat 22 April 2022.
Insan menambahkan, sejauh ini dipastikan stok beras masih aman hingga enam bulan ke depan. Harga beras juga relatif terjangkau, yakni berkisar Rp 10.000 -Rp 11.000 per kilogram. Ketersediaan beras mencapai 64.096 ton dari kebutuhan 31.314 ton. Sehingga Boyolali masih mengalami surplus sebanyak 32.782 ton.
“Kami telah melakukan pantauan harga dan kebutuhan pokok masyarakat (Kepokmas) di 12 sampel pasar tradisional di seluruh Boyolali. Termasuk pemasok seperti di Cepogo untuk stok telur,” kata Asisten II Sekda Boyolali.
Sejumlah komoditas pangan lainnya mengalami surplus. Menurut Insan, selain beras ada 7 komoditas pangan yang stoknya aman. Seperti jagung dengan stok 64.008 ton dan surplus 68.706 ton; stok cabai merah 1.260 ton; cabai rawit 1.028 ton; bawang merah 4.208 ton; daging sapi 3.990 ton; daging ayam 3.223 ton dan telur ayam 7.456 ton.
“Bahan-bahan pokok tersebut masih aman hingga lebaran ini,”imbuh Insan.
Asisten II Sekda Boyolali menandaskan kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) dan gas LPG tak lepas dari pemantauan. Alokasi pertaline pada 2022 mencapai 32.650 kiloliter. Hingga akhir Maret masih ada stok 11.705 kiloliter. Kemudian untuk solar/biosolar memiliki alokasi pada 2022 sebanyak 38.150 kiloliter. Boyolali masih memiliki stok 24.864 kiloliter. Sedangkan gas LPG masih memiliko stok hingga 9.892.000 tabung.
Sedangkan Wakil Bupati Boyolali, Wahyu Irawan meminta agar TPID terus melalukan pemantauan harga pangan hingga lebaran. Guna memastikan stok pangan tercukupi dan harga jual masih terjangkau bagi masyarakat. Karena pemantauan pasar tradisional oleh TPID terakhir dilakukan 14 April.
“Untuk TPID terakhir pengecekan ke pasar 14 April, tolong turun lagi untuk memastikan pangan kita aman. Kami juga koordinasi dengan Pertamina. Untuk stok BM aman. Saya harap pihak tol juga memastikan pengendara tol untuk ngisi e-tol dan memasang petunjuk arah parkir untuk pengisian tol. Agar nantinya selama kegiatan mudik semua berjalan aman,” pungkas Wabup.