FOKUS JATENG-BOYOLALI- Sejumlah sapi di Kecamatan Mojosongo mengalami gejala klinis seperti penyakit mulut dan kuku (PMK) telah banyak terjadi di wilayah Jawa Timur belakangan ini.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disanakkan) Boyolali, Lusia Dyah Suciati mengatakan pada Sabtu 7 Mei pekan lalu, pihaknya mendapatkan laporan dari peternak sapi di Mojosongo Boyolali, jika dua ekor sapinya yang mengalami gejala, seperti mulutnya melepuh, lendir yang dikeluarkan juga banyak, lidahnya seperti orang sariawan, Suhu badannya tinggi hingga nafsu makannya berkurang serta mengalami tremor.
“Kami kemudian melakukan pengecekan ke lokasi dan koordinasi dengan balai besar veteriner Wates. Jadi Minggu kemarin kita bersama BB Veteriner itu ke TKP untuk melakukan identifikasi,”jelas Lusia, Senin 9 Mei 2022.
Lusia menuturkan setelah dilakukan pemeriksaan, ditemukan tidak hanya 2 ekor sapi saja yang mengalami gejala klinis PMK. Namun seluruh sapi di kandang yang berjumlah 15 ekor sapi seluruhnya juga mengalami gejala yang sama. Pihaknya pun kemudian mengambil sampel darah dan lendir seluruh sapi yang ada serta memberikan pengobatan terhadap sapi-sapi tersebut.
“ Sampel tersebut kemudian dilab kan untuk mengetahui positif dan tidaknya ( PMK),” jelas Lusia.
Meski belum diketahui apakah positif atau negatif PMK, namun sapi-sapi tersebut sudah menunjukkan gejala klinis PMK. Pihaknya langsung memberikan penanganan, seperti penyemprotan disinfektan dan memberikan pengobatan terhadap belasan sapi tersebut. Selain itu Pihak Disnakan juga telah menjadwalkan akan memberikan vaksinasi terhadap sapi-sapi di sekitaran kandang sapi tersebut hingga daerah-daerah yang berbatasan langsung. Apalagi, di daerah temuan gejala PMK tersebut, populasi sapinya juga sangat banyak.
Menurut Lusia pandemi PKM lebih dulu terjadi di wilayah Jawa Timur. Dampaknya banyak pasar-pasar hewan di Jatim yang di tutup.
“Dari pengakuan pemilik sapi, bisa jadi pedagang sapi dari Jatim mencari pasar hewan yang terdekat untuk menjual sapi dagangannya. Lalu pemilik sapi tersebut sebelum lebaran Idul Fitri lalu membeli sapi dari Pracimantoro, Wonogiri,” jelas Kadisnakan Boyolali.
Lusia menandaskan Virus PKM ini dapat dengan mudah menyebar ke sapi-sapi yang lain melalui udara.
Bahkan, meskipun tak bisa menular ke manusia, tapi manusia bisa menjadi pembawa virus tersebut.
“Jadi kalau kita dari sana itu kalau bisa ya disemprot disinfektan, atau mandi. Misalnya saya dari kandang sana (lokasi infeksi PKM) ke kandang sehat. Sapi yang di kandang sehat bisa terlular.”
terkait kasus tersebut, Lusia meminta para peternak untuk bersama-sama siaga mencegah penularan agar tidak menjalar ke Boyolali.
“Yang pertama kami meminta masyarakat untuk tidak membeli ternak dari luar daerah terutama dari Jawa Timur,” cetus Lusia
Kabid Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali, Afiany Rifdania menambahkan efek kematian pada sapi akibat PMK bagi sapi dewasa cukup rendah. Berkisar 1-5 persen saja, namun bagi anakan sapi cukuplah besar mencapai 20 persen. Ia menambahkan jika gejala klinis PKM ini menyerang ke seluruh jenis sapi. Baik sapi perah mapun sapi pedaging.
“ Sedangkan tingkat penyebarannya sangatlah tinggi. bisa lebih dari 90 persen,” ujarnya.