FOKUS JATENG-BOYOLALI- Ratusan ekor sapi diarak keliling kampung di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali. Acara unik itu merupakan bagian dari tradisi syawalan yang oleh warga setempat juga disebut bakdo sapi atau Lebaran sapi. Warga yang mayoritas peternak anak mendandani sapi dengan cantik. Lalu mengarak berkeliling desa. Simbol syukur warga setempat atas ternak sehat dan tanah yang subur. Senin 9 Mei 2022.
Ratusan tenongan tertata rapi diatas tikar yang digelar memanjang. Warga stempat duduk rapi dengan aneka makanan di depannya. Ada satu menu yang menu yang selalu ada. Yakni ketupat. Lengkap dengan lauk yang bervariasi seperti sate, tahu kupat, opor dan lainnya. Setelah rangkaian do’a, warga lalu makan bersama.
Acara dilanjutkan dengan arak-arakan sapi. Diawali dengan topeng tembem Cluntang, gunungan jaler hasil bumi, reog topeng ireng dan bersambut arak-arakan ratusan sapi. Satu persatu peternak, pria dan wanita memegang tali sapinya. Ada juga anak-anak yang menunggang sapi PO. Tiap sapi dikalungkan ketupat maupun hasil bumi seperti wortel, terong, cabai dan lainnya.
“Setelah dua tahun sejak pandemi, tradisi ini tak digelar meriah, sekarang kita meriahkan. Kupat yang kami kalungkan untuk mempercantik sapi menjadi simbol kalepatan atau Kesalahan. Agar saling memaafkan. Rangkaian acara ini menjadi ungkapan sara syukur kami, atas limpahan rejeki melalui hewan ternak,” ungkap peternak muda asal Dusun Mlambong, Sruni, Laisian Bahrun.
Menurut Jaman Ketua RW Desa Sruni sekaligus tetua setempat, tradisi angon sapi ini digelar di akhir perayaan Lebaran atau di H + 7 Lebaran, bertepatan dengan kupatan atau syawalan. Oleh masyarakat setempat juga biasa disebut bakdo kupat dan bakdo sapi.
Bakdo kupat karena hari ini warga juga menggelar kupatan, dan bakdo sapi karena pada tradisi ini warga membawa ternak sapinya keluar kandang digembala keliling kampung. Ia mengemukakan, acara tradisi ini selain sebagai wujud syukur, juga sekaligus memohon kepada Tuhan agar hewan-hewan ternak yang dipelihara warga dapat berkembang biak dengan baik. Karena melalui ternak sapi, khususnya sapi perah telah mampu menopang rejeki warga.
“Tradisi ini sudah berlangsung sejak nenek moyang dan terus dilestarikan warga hingga saat ini,” kata Jaman.
Tradisi unik itupun jadi tontonan warga dan pengunjung. Tak sedikit pula yang mengabadikan moment tradisi yang berlangsung setahun sekali itu dengan menggunakan kamera seluler maupun digital.