Ada Isu PMK, Harga Sapi di Boyolali Merosot

Petugas gabungan masih menggencarkan pemeriksaan hewan ternak seperti di Pasar Hewan Karangjati, Simo dan Pasar Hewan Cepogo pada Senin 16 Mei 2022. (yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI- Maraknya isu penyakit mulut dan kuku (PMK) berdampak pada merosotnya harga jual ternak di Boyolali. Bahkan jelang Idhul Adha, terjadi penurunan penjualan dan potensi sapi yang masuk hingga 30 persen. Peternak berharap kepada pemerintah agar mengambil langkah menstabilkan harga.
Hal itu juga terlihat di Pasar Hewan Jelok Cepogo, tampak lebih lengang dari hari pasaran biasanya. Kendati demikian Pemeriksaan kesehatan hewan juga dilakukan oleh Dinas Perternakan dan Perikanan (Disnakan), Disdagperin dan Polsek Cepogo.
“Potensi sapi yang masuk Pasar Hewan turun 25-30 persen dari biasanya yang mencapai 1.000 ekor. Biasanya ada sekitar seribu sapi yang masuk. Namun, kini tersisa 700 an ekor sapi, itu pun hanya berasal dari Boyolali sekitar saja. Yakni Klaten 5 persen, Kabupaten Semarang 10 persen dan Boyolali 15 persen,” kata Kepala UPT Pasar Hewan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Sapto Hadi Darmono saat ditemui di Pasar Hewan Jelok pada Senin 16 Mei 2022.
Menurut Sapto, pada H-2 bulan jelang Idhul Adha, pasar Hewan biasanya sudah diramaikan pedagang sapi. Namun, keberadaan PMK justru menyurutkan minat penjual sapi dadakan. Seperti penjualan di Pasar Hewan Karanggede Minggu 15 Mei lalu. Biasanya 200 hewan terjual, namun, kemarin hanya 160 sapi yang terjual.
“Harusnya bulan-bulan ini dah ramai jual beli sapi kurban. Sekarang justru masih sepi. Selain itu dikarenakan sapi dari Madura, daerah Jawa Timur dan Bali, masih kita stop,” imbuh Sapto.
Ia menambahkakan harga jual ternak juga menyusut. Harga sapi bakal turun sampai Rp 250.000 – Rp 500.000. Kambing juga menurun sekitar Rp 50.000 -Rp 100.000. Namun pemeriksaan rutin dilakukan di lima pasar hewan. Yakni, pasaran pahing di Pasar Hewan Jelok, Cepogo dan Simo, pasaran legi di Karanggede, pasaran Kliwon di Ampel serta pasaran Wage di Kaliyoso, Nogosari.
“Dinas-dinas terkait juga aktif dalam penanggulangan dan penanganan PMK. Mudah-mudahan bisa selesai dan aktivitas perdagangan kembali normal,” kata Sapto.
Dokter hewan Bidang Keswan Dinas Perternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali Diah Ayu mengatakan tracing pada ternak terus dilakukan. Salah satunya di Pasar Hewan Jelok Boyolali. Ada 300 sapi yang dicek kesehatan secara umum. Ditemukan 50-100 sapi yang muncul gejala hipersalivasi atau liur berlebihan.
“Lalu kami lanjutkan dengan pemeriksaan mulut dan kaki. Tidak ada indikasi mengarah PMK karena semua kondisinya bagus. Hipersalivasi dipicu banyak faktor, karena kepanasan dan faķtor perjalanan. Pemeriksaan ternak di pasar hewan dan tracing terus berlanjut,” katanya.
Seorang pedagang sapi asal Selo, Agus ketika ditemui mengeluhkan penurunan harga jual hewan ternak. Dikatakan, harga jual ternak mulai terasa turun sejak beberapa hari terakhir. Suasana pasar hewan masih ramai. Namun, merebaknya isu PMK pada hewan sangat meresahkan masyarakat. “Selisihnya lumayan, bisa turun ke kisaran Rp 500 ribuan, kami berharap pemerintah agar mengambil langkah menstabilkan harga. Kami khawatir, harga akan terus merosot hingga hari raya Idul Adha tiba,” ujarnya.