Pasar Hewan Ditutup Untuk Pulihkan Perekonomian

Bupati Boyolali, M. Said Hidayat : penutupan lima pasar hewan ini dilakukan agar perekonomian dari jual beli ternak segera pulih (yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Menanggapi keluhan para pedagang dan peternak terkait penutupan lima pasar hewan yang berdampak anjloknya harga ternak. Bupati Boyolali, M. Said Hidayat menegaskan langkah tersebut dilakukan agar perekonomian dari jual beli ternak segera pulih. Dikhawatirkan jika dipaksakan untuk membuka pasar hewan bisa berdampak lebih buruk pada ekonomi. Terutama harga ternak jelang Idhul Adha. “Penutupan ini dalam rangka antisipasi persiapan Idhul Adha. Masih ada persiapan selama 47 hari (Jelang Idhul Adha,red) artinya persiapan tersebut akan lebih baik kalau kita totalitas bareng-bareng menangani, mengantisipasi dengan baik. Sehingga ketika nanti Idhul Adha sudah nyaman (Tidak berdampak besar pada harga,red),” ujar Bupati.
M. Said Hidayat menambahkan tindakan penutupan ini diambil berdasarkan hasil rapat koordinasi dua hari yang lalu. Berdasarkan pemetaan paparan wabah penyakit mulut dan kuku di Boyolali. Serta melihat langkah kebijakan kabupaten tetangga yang memilih untuk menutup pasar hewan sementara.
“Kalau mengambil langkah kebijakan tetap buka, saya kita kurang bijaksana. Maka dengan segala pertimbangan dan peta paparan wabah PMK, kita ambil keputusan agar lima pasar hewan ditutup sementara, mulai 27 Mei -10 Juni,” ujarnya saat ditemui di DPRD Boyolali, Jumat 27 Mei 2022.
Sebelumnya, wabah PMKsempat membuat peternak khawatir. Setelah pembatasan ternak luar kota, kini giliran pasar hewan yang ditutup. Hal tersebut tentu dikeluhkan oleh para peternak. Karena harga jual sapi bakalan ikut anjlok hingga Rp 2 juta perekor.
“Harga bakalan turun banyak. Dari Rp 11-14 juta turun jadi Rp 9-12 jutaan. Turun sejak di Boyolali ada temuan PMK jadi turun. Itu hampir disemua pasar hewan dan peternak mengalami. Lalu ditambah lagi tiap pasaran hewan kita kan jual. Bawa ternak 5-10 ekor biasanya laku, ini paling banter cuma laku satu ekor saja,” ujar Peternak sapi asal Musuk, Arianto.
Menurut Ari, munculnya wabah PMK membuat masyarakat membatalkan niat membeli. Dampaknya penjualan ternak terjun bebas hingga 85 persen. Mau tak mau, sapi yang dijual dibawa pulang lagi. Belum lagi harga pakan yang kian melambung. Peternak sapi berharap pemerintah turun tangan.
Peternak itu mengaku, selama ini edukasi dari Pemkab Boyolali selalu diperhatikan. Seperti menjaga kebersihan kandang, serta menyemprot disinfektan di kandang sapi dan kambing. Peternak itu berharap operasional pasar bisa kembali normal. Baik peternak, petani maupun pembeli ternak bisa beraktivitas biasa dan harga kembali normal.
“Mudah-mudahan tidak berdampak pada penjualan hewan kurban saat Idhul Adha. Baik bagi peternak dan petani. Selama ini kan keluar masuk ternak selalu dicek keswan saat di pasar. Disemprot disinfektan juga setelah pasaran dan sebelum pasaran. Jadi peternak merasa lebih aman dan ternak. Karena hewan yang masuk sudah steril. Di Boyolali juga lalu lintas hanya sapi lokalan,” katanya.