FOKUS JATENG-BOYOLALI-Sejak beberapa bulan ini harga jual hasil panen komoditi sayur anjlok. Kini para petani sayur di Boyolali bisa bernafas lega, sebab sejak satu pekan ini harga jual komoditas sayuran berangsur naik.
Seperti dialami petani di Desa Tempur Sari Kecamatan Sambi, harga beberapa komoditas sayuran mengalami kenaikan hingga 2-3 kali lipat. Sayuran kangkung misalnya. Jika sebelum hingga pasca lebaran Idul Fitri lalu, harga per ikatnya hanya Rp 400, saat ini mencapai Rp 1.500 per ikat.
Begitu juga dengan bayam, dari Rp 700-1.000 per ikat kini naik menjadi Rp 2.100 per ikat.
“Alhamdulillah, kalau harga sayuran sekarang mulai naik, karena biasanya lebih sering harganya turun,” kata Purnomo salah satu petani di Desa Tempursari, Sambi. Senin 30 Mei 2022.
Purnomo menambahkan bahwa sebelumnya sayuran kangkung sempat tak ada harganya. Bagaimana tidak, harga sayuran Kangkung terendah Rp 700 per ikat masih harus turun jadi Rp 400 per ikat.
“ Harga segitu (Rp 400) hanya bisa untuk nutup biaya operasional saja. belum bisa untuk biaya produksi,” katanya.
Kendati harga sayuran sempat terjun bebas, hal itu tak menyurutkan upayanya dalam bercocok tanam. Purnomo mengaku tetap konsisten menanam sayur-sayuran.
“ Saat ini harganya mulai membaik lagi. Bisa lah untuk mengembalikan modal yang kemarin saat harga jatuh,” jelasnya.
Purnomo menambahkan dalam sehari bisa memanen antara 300-400 ikat kangkung. Selain Kangkung, dia juga menanam sayuran bayam.
“ Kangkung dan Bayam ini masih untuk mencukupi pasar lokal, di sekitar Sambi dan Banyudono,” imbuh petani asal Sambi itu.
Purnomo menyebut, naiknya harga sayuran ini disebabkan banyak petani di wilayah Nogosari, Ngemplak dan sentra-sentra penghasil sayuran lainnya tak banyak yang menanam. Menghadapi musim kemarau, banyak petani yang menanami lahannya dengan tanaman yang tak butuh air banyak. Seperti jagung, Kedelai dan lain sebagainya.
Ia berharap naiknya harga beberapa jenis sayuran ini bisa bertahan cukup lama, setidaknya hingga beberapa hari sebelum Lebaran. “Hasil sayuran panen di sini hampir semuanya dijual ke tengkulak. Selanjutnya didistribusikan kepada pedagang. Jadi jarang ada petani yang menjual langsung ke pasar,” pungkasnya.