Bupati Boyolali Pimpin Ziarah ke Makam Ki Ageng Pandanaran

Setelah ziarah ke makam Ki Ageng Pandanaran, Bupati Boyolali, M. Said Hidayat, wakil Bupati Wahyu Irawan dan Ketua DPRD Boyolali Marsono bersama rombongan menggelar dzikir tahlil . (Yull/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-KLATEN – Memperingati hari jadi Boyolali ke -175 yang jatuh pada 5 Juni, Bupati Boyolali, M. Said Hidayat, wakil Bupati Wahyu Irawan dan Ketua DPRD Boyolali Marsono melakukan ziarah ke makam Ki Ageng Pandaran di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten pada Kamis 2 Juni 2022.

Seperti tahun sebelumnya, di lokasi tersebut Bupati dan rombongan memanjatkan doa yang diawali dengan dzikir dan tahlil di Makam Ki Ageng Pandanaran.

Menurut Bupati Boyolali kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada Ki Ageng Pandanaran yang dilakukan rutin setiap tahun.

“Karena Kabupaten Boyolali ini tidak lepas dari peran Ki Ageng Pandanaran, dengan beliau memberikan nama Boyolali yang sampai hari ini menjadi Kabupaten Boyolali tentunya ini adalah bagian dari sejarah yang tidak boleh dilupakan,” ungkap Bupati Said.

“Menjelang usia Ke-175 tahun ini, semangat kegotongroyongan adalah menjadi bagian yang penting. Untuk itu semangat membangun Kabupaten Boyolali yang terus menerus kita sampaikan adalah Boyolali Metal. Untuk terus Melangkah Bersama, Menata Bersama, Penuh Totalitas,” sambung Bupati Said.

Adapun sejarah Boyolali menyebut, asal muasal nama Boyolali memang sangat lekat dengan kisah Kyai Ageng Pandanaran pada abad XVI.

Saat itu, Ki Ageng Pandanaran atau yang lebih dikenal Tumenggung Notoprojo diutus oleh Sunan Kalijaga untuk menuju ke Gunung Jabalakat di Tembayat, Klaten untuk syiar agama Islam.

Dalam perjalanannya dari Semarang menuju Klaten, Ki Ageng banyak melewati rintangan dan batu sandungan.

Ki Ageng berjalan cukup jauh, sehingga anak dan istrinya tertinggal di belakang.

Sembari menunggu, Ki Ageng pun beristirahat lebih dulu di sebuah batu besar.

Setelah berhasil menyusul Ki Ageng, Nyi Ageng berkata kepada suaminya, “Kyai, baya wis lali, teka ninggal bae”.

Arti kalimat tersebut adalah “Kyai, kelihatannya lupa ya sampai-sampai meninggalkan”.

Dari kata Nyai Ageng tersebut kemudian daerah tersebut diberi nama Bojalali atau Boyolali.

Adapun makam jabalakat, atau tembayat merupakan tempat persinggahan terakhir Ki Ageng Pandanaran atau yang juga dikenal dengan Sunan Pandaranan.