Jelang Idhul Adha, Harga Hewan Kurban di Boyolali Naik Hingga Jutaan Rupiah

Di Kandang Berkah Sapi Qurban yang ada di Desa Brajan, Kecamatan Mojosongo, Boyolali ini. Seratusan sapi yang ada dikandang itu sebagian besar sudah laku. (yull/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Sejumlah pedagang hewan kurban kesulitan mendapatkan sapi, dampak dari merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK). Akibatnya harga sapi naik hingga Rp2 juta perekor.
Pemilik Kandang Berkah Sapi Qurban yang ada di Desa Brajan, Kecamatan Mojosongo Boyolali, Purnomo mengatakan, saat ini dirinya baru memiliki sekitar 100 ekor sapi untuk disediakan sebagai hewan kurban. Jumlah ini sangat terbatas, karena setiap Idul Adha minimal bisa menjual 350 ekor.
“Masih kurang banyak,” ujar Purnomo. Jumat 3 Juni 2022.
Ia menuturkan seratusan sapi yang ada dikandang miliknya merupakan stok lama sebelum ada wabah PMK. Sapi-sapi itu dia datangkan dari Madura.
“Tapi sebagian besar stok sapi yang di kandang itu sudah laku,” imbuhnya.
Diakuinya, saat ini sejumlah langganan sudah mulai berdatangan. Purnomo biasa menjual hewan kurban di seluruh Soloraya. Hanya saja dengan adanya pengetatan arus lalu lintas ternak, membuatnya tidak bisa mendatangkan sapi dari luar. Kondisi ini menjadikan harga hewan kurban naik hingga Rp2 juta. Sedangkan sapi yang dijual Purnomo paling minim Rp 15 -16 Juta.
“Rata-rata dijual Rp15 juta sampai Rp17 juta. Ada yang seharga Rp19 juta. Harganya naik karena memang tidak ada stok. Padahal tahun, lalu dengan Rp 13-14 juta sudah bisa dapat sapi yang siap kurban” katanya.
Kebutuhan sapi yang masih sangat banyak itu cukup membikin dia pusing tujuh keliling.
Bagaimana tidak, agar Ibadah masyarakat lancar dia harus mencarikan lagi sapi dalam jumlah besar. Padahal, saat ini banyak pasar Sapi yang tutup akibat wabah PMK ini.
Padahal, baginya penutupan pasar ini bukanlah solusi yang terbaik. Hal itu justru akan membikin ekonomi masyarakat lesu.
Padahal, hampir seluruh sapi yang ada bisa dipastikan terkena PMK ini.
“ Ini (Sapi terpapar PMK) ini juga bisa sembuh kok. Kenapa harus ditutup. harusnya bukannya ditutup, tapi pelayanan kesehatan hewannya ditambah. Caranya dengan menambah biaya retribusi, dari Rp 5 ribu, jadi Rp 15. Yang Rp 5 untuk menambah vitamin atau obat, sedangkan yang Rp 5 ribu bisa untuk petugas yang mengecek kesehatan,” ujarnya.
Sulitnya mendapatkan Sapi inilah yang menjadikan harga sapi ini mengalami kenaikan.
Selain itu, mahalnya harga pakan pabrikan juga berpengaruh terhadap harga jual sapi,” jelasnya.
Sementara itu, Budi pedagang Kambing mengaku jika kenaikan harga hewan kurban tak hanya bagi sapi. Harga kambing juga mengalami kenaikan jelang Idul Adha ini.
“ Harganya naik, Kambing yang bagus (Powel, besar) dulu Rp 2,5 juga, jadi Rp 3,2 juta. Belakangan ini, sudah banyak yang datang, kebanyakan survey harga. Tetapi ada juga yang membeli dan nanti akan diantar pas hari H,” pungkasnya.